JAKARTA, iNewsSemarang.id - Fakta-fakta KH Mbah Benu, pemimpin jemaah Aolia di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sosok Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo itu menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial dengan pernyataannya 'menelepon Allah SWT' untuk menentukan 1 Syawal 1445 H yang menjadi pertanda Hari Raya Idul Fitri 2024 jatuh pada tanggal 5 April.
Lantas, siapakah Mbah Benu, tokoh yang menjadi Mursyid atau guru jemaah Aolia? Berikut ini ulasan sosok Mbah Benu yang dirangkum iNews.
1. Kiai Keturunan Darah Biru
Berdasarkan laporan yang termuat dalam situs 123dok, Mbah Benu merupakan keturunan berdarah biru dari Purworejo. Dia kiai independen yang kharismatik dan tidak melibatkan diri dalam partai politik.
Mbah Benu lahir di Pekalongan pada Sabtu Pon 28 Desember 1942. Dia besar di Solotiang, Maron, Purworejo. Ayahnya sekaligus merupakan guru ngajinya yakni KH Sholeh bin KH Abdul Ghani bin Kiai Yunus.
Nama akhir Mbah Benu yakni Pranolo dinisbatkan pada nama kakek-kakeknya yaitu Raden Gagak Pranolo III, Raden Gagak Pranolo II dan Raden Gagak Pranolo I yang dimakamkan di Makam Gede daerah Cangkrep Purworejo.
2. Sesepuh di Daerah Panggang Gunungkidul
Mbah Benu menetap di Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul sejak 27 Juli 1972. Dia memiliki hubungan dengan masyarakat yang tergabung dalam jemaah Aolia di Gunungkidul.
Mayoritas jemaah berasal dari wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Mbah Benu merupakan sesepuh daerah Panggang, Gunungkidul yang oleh para jemaah Aolia disebut sebagai Mursyid atau guru.
Mbah Benu bersama masyarakat mendirikan Masjid Aolia yang berdiri di sisi petigaan Giriharjo, Panggang tahun 1984. Masjid ini dibangun dengan ornamen klasik seolah telah ada sejak tahun 1800-an yang letaknya diseberang jalan arah Parangtritis.
Editor : Ahmad Antoni