Selanjutnya, kata dia, ada kampung Tematik Jajanan Tradisional Sekar Wangi yang ada di RW 7 Kelurahan Pudakpayung.
"Itu sudah menjadi unggulan kami, jadi di sana ada satu RW warganya membuat jajanan tradisional beraneka ragam di tiap-tiap rumah, bahkan para pelanggan itu datang dengan sendirinya," sebutnya.
Tak hanya itu, ada pula kampung literasi di mana masyarakat secara swadaya membangun perpustakaan mandiri bernama Perpustakaan Payung Prasetya Semarang. Ada pula perpustakaan dan rumah pintar Merpati, keduanya berlokasi di RW 12.
"Itu juga jadi unggulan dan binaan Dinas Arsip Dan Perpustakaan (Arpus) kota Semarang. Alhamdulillah pernah mengantarkan Pudakpayung menjadi juara," paparnya.
Selain itu, ada posyandu terintegrasi di RW 10 Pudakpayung, lengkap terintegrasi dengan Pos PAUD, Posbindu (Pos Binaan Terpadu), Posyandu Lansia. Program tersebut menghantarkan Pudakpayung juara II tingkat Kota Semarang.
Kelurahan Pudakpayung, kata dia, memiliki 16 RW yang telah diidentifikasi dan mempunyai julukan-julukan nama kampung sesuai unggulan dan potensinya.
"Di RW 1, saat ini kami punya rintisan wisata namanya Curug Kedung Kudhu yakni air terjun yang berasal dari lima sumber mata air," ujar Pamirah.
Untuk menuju Curug Kedung Kudhu harus melewati ondo rante atau tangga rantai yang sudah dibangun sejak zaman Belanda. "Kami berusaha memperkenalkan pariwisata lokal di kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik. Bahkan sudah ada pengajuan bantuan infrastrukturnya," imbuhnya.
Di area tersebut juga terdapat Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti Wungkal Kasap yang sempat disinggahi Bikhu Thudong beberapa waktu yang lalu.
Rupanya, vihara tersebut bukanlah vihara biasa melainkan vihara pertama kalinya Sima berdiri pada 1959 silam. Vihara ini diakui nusantara sebagai salah satu vihara tertua, setara dengan Borobudur. "Kami berusaha mengangkat sehingga bisa menjadi wisata religi," terang dia.
"Masih di RW 1, ada pula kelompok Batik Arlynn Eco Print. Karena berada di lingkungan perumahan sehingga memanfaatkan dedaunan yang ada di sekitarnya untuk meminimalkan limbah sampah," bebernya.
Pamirah menyebut, unggulan-unggulan tersebut merupakan bentuk dukungan masyarakat yang turut mensukseskan pemberdayaan di wilayahnya.
"Masyarakat dengan sukarela mengangkat wisata budaya di Pudakpayung, bahkan ada pagelaran Wayang Kulit dalam rangka sedekah bumi hingga 4 kali dalam setahun. Seperti kemarin di dukuh Krajan ada wayangan dan Alhamdulillah Bu Wali Kota rawuh," terangnya.
Pihaknya juga terus melibatkan warga dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui tradisi Nyadran. Hal ini lantaran di Pudakpayung mempunyai 11 sendang atau mata air yang masih alami dan terjaga.
"Peran serta masyarakat sangat luar biasa, bahkan secara administrasi cukup lengkap. Mudah-mudahan Pudakpayung yang mewakili kota Semarang dalam Lomba Desa dan Kelurahan di Tingkat Provinsi Jawa Tengah bisa mendapatkan hasil yang terbaik," harap Pamirah.
Editor : Maulana Salman