Empat bulan kemudian barulah Jati menjelaskan bahwa dia seorang Muslim sejak lahir. Aga pun terkejut, tapi tidak marah ataupun memutuskan hubungan. Dia justru merasa penasaran dengan ajaran agama Islam.
Aga ingin tahu lebih dalam tentang perjalanan spiritual sang calon suami beserta keluarganya yang menjadi Muslim taat, berbeda dengan keluarga Tionghoa lain yang umumnya non-Muslim. Meski calon suaminya itu ingin menikahinya, Jati tidak memaksa Aga untuk memeluk Islam. Tetapi, Jati juga tidak mau berpindah agama.
Walau berbeda agama, hubungan mereka terus berlanjut hingga Aga lulus kuliah. Suatu saat, ibu Aga membahas soal pernikahan dan agama Islam. Ibu Aga yang fanatik itu tiba-tiba berubah; dia tidak melarang ataupun mendukung hubungannya dengan Jati, alias netral.
Rupanya ibu Aga menilai Jati adalah sosok calon suami yang baik dan taat agama. Jika Aga memang mau menikah dengannya, sang ibu tidak mempermasalahkan, asalkan Aga menjadi istri yang taat dengan suami.
Lalu jika memang harus pindah agama, ibunya pun memperbolehkan. Hal yang penting, Aga harus mengimani agamanya dengan sebaik-baiknya.
Pada 2017–2018, Aga pun mengutarakan niat untuk menjadi mualaf kepada sang calon suami. Jati dan calon ibu mertuanya dengan terbuka membimbingnya untuk belajar agama Islam, bahkan Aga dihadiahi mukena untuk sholat.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta