Mendengar jawaban dari Sunan Kudus ini, Ratu Kalinyamat kecewa dan memutuskan untuk segera pulang ke Jepara. Di tengah perjalanan, dia dan suaminya dikeroyok oleh anak buah Arya Penangsang. Suaminya, Pangeran Hadiri sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaganya sebelum akhirnya tewas.
Ratu Kalinyamat pun membawa jenazah suaminya Pangeran Hadiri pulang meneruskan perjalanan menyeberangi sungai. Darah tiba-tiba keluar dan mengalir dari jenazah Pangeran Hadiri itu.
Ritual buka luwur atau mengganti kain penutup makam di kompleks Makam Mantingan yang terdapat makam Ratu Kalinyamat, Pangeran Hadlirin, R.A. Prodo Binabar, dan Dewi Wuryan Retnowati, digelar setiap Hari Jadi Jepara. Foto: dok. Humas Pemkab Jepara
Dikisahkan bahwa darah itu berwarna ungu yang membuat air sungai berwarna ungu. Sungai tersebut saat ini dikenal dengan nama Kaliwungu. Setelah melintasi daerah Pringtulis, Ratu Kalinyamat yang merasa kelelahan akibat langkah kakinya kemudian mulai berjalan sempoyongan. Lokasi Ratu Kalinyamat berjalan sempoyongan itu kelak dikenal dengan nama Desa Mayong.
Ratu Kalinyamat terus berjalan sambil membawa jenazah suaminya yang tewas dikeroyok oleh anak buah Arya Penangsang. Dia membawa jenazah suaminya melintasi Pecangan hingga Mantingan.
Editor : Sulhanudin Attar