Alim Sugiantoro Tegaskan Pengelola Surabaya Tak Pernah Ambil Alih TITD Kwan Sing Bio Tuban

TUBAN, iNewsSemarang.id - Alim Sugiantoro buka suara terkait insiden dugaan penutupan total pintu gerbang Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban yang dilakukan sejak Selasa (9/6/2025).
Alim disebut Soedomo Mergonoto, salah satu pengelola kelenteng, berkompeten menjawab polemik penutupan gerbang. Nama lain yang disebut adalah Paulus Willy Afandy, pengelola kelenteng, dan Tjing Hai alias Soejanto, karyawan pengelola kelenteng.
Dalam klarifikasi tertulis, Alim mengutip jawaban Soedomo Mergonoto yang tidak menyetujui pemilihan pengurus dan penilik yang digelar Tjong Ping pada Minggu (8/6). Pun demikian dengan Paulus Willy Afandy yang tidak menyepakati. Sebab itu, hasil pemungutan suara tersebut dinyatakan tidak sah.
Dia kemudian merujuk hasil kesepakatan rapat di kantor Soedomo pada 5 Juni yang kemudian dituangkan dalam surat yang ditujukan kepada Tjong Ping selaku ketua panitia.
Diketahui, dalam surat tersebut, dua dari tiga pengelola kelenteng menyatakan tidak setuju dengan pemilihan tersebut. Satu pengelola lainnya, Alim Markus.
Ikut hadir sekaligus menyetujui keputusan tersebut, Pepeng Putra Wirawan, Alim Sugiantoro, dan Gunawan Herlambang. Tjong Ping yang diundang rapat tersebut tidak hadir.
Dalam surat tersebut, mereka menyatakan sepakat belum dapat mengembalikan TITD Kwan Sing Bio dan Tjoe Ling Kiong kepada umat Tuban. Pertimbangannya, karena poin-poin dalam akta kesepakatan bersama, persisnya pada nomor 8 yang dibuat di hadapan notaris Joyce Sudarto belum terlaksana.
Mengacu pertimbangan tersebut, mereka juga sepakat untuk tidak menyetujui pelaksanaan pelantikan pengurus dan penilik kelenteng.
‘’Termasuk ikut tanda tangan Pepeng Putra Wirawan yang ikut, tidak setuju pemilihan tersebut,’’ tulis mantan ketua penilik TITD Kwan Sing Bio Tuban ini.
Menurutnya, surat pernyataan Tjong Ping (yang tidak mengunjungi kelenteng selama 30 hari) hanya sekadar memberi gula-gula saja. Apalagi, momen sebulan lagi bertepatan dengan HUT Kongco Kwan Sing Tee Koen.
‘’Ini sangat berbahaya sekali,’’ tegasnya yang kemudian mengingatkan peristiwa kebrutalan yang tidak beretika dan rawan konflik di kelenteng pada 8 Juni kembali terulang.
Peristiwa dimaksud adalah kedatangan Tjong Ping dan rombongan yang memaksa melakukan puak pwee sekaligus ikrar pengurus-penilik terpilih di depan altar setelah pemilihan.
Alim juga mengutip rekaman pernyataan lisan Tjong Ping yang siap mati asal kelenteng tidak diambil orang Surabaya. ‘’Ini bicara apa kok bilang asal tidak diambil orang Surabaya? Kapan orang Surabaya mengambil kelenteng?’’ bantah pria bernama keturunan Liem Tjeng Gie itu.
Alim memastikan, selamanya pengelola Surabaya tidak pernah mengambil alih kelenteng. Justru umat Tuban yang meminta tolong mereka untuk mendamaikan dan membantu managemennya. ‘’Bukan dibolak-balik menjelekkan. Ini bahaya menjelekkan orang,’’ tegasnya.
Dia menyebut kata-kata Tjong Ping tersebut sangat merendahkan orang dan menghina. Karena itu, yang bersangkutan harus belajar sopan santun dan etika. Apalagi, di tempat ibadah dan kepada orang yang sudah dimintai bantuan (mendamaikan kelenteng).
Dia menegaskan bahwa tuduhan dan fitnah tersebut sangat tidak baik. Terlebih, dia jadi panutan di tempat ibadah.
Editor : Ahmad Antoni