Pesawat Pengebom Siluman B-2 AS Terbang ke Pasifik, bakal Serang Iran?

WASHINGTON, iNewsSemarang.id – Setidaknya ada enam pesawat pengebom siluman B-2 terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri, Amerika Serikat (AS) pada Sabtu waktu setempat.
Hal ini terjadi pada saat Amerika Serikat mempertimbangkan untuk bergabung dengan Israel dalam perang melawan Iran.
Seorang pejabat Washington mengatakan enam pesawat itu tampaknya sedang dalam perjalanan menuju pangkalan Angkatan Udara Amerika di Guam.
Namun, belum jelas apakah pengerahan pesawat-pesawat tersebut—yang mampu membawa bom "Bunker Buster" GBU-57 untuk menghancurkan situs nuklir Fordo Iran—terkait dengan memanasnya perang Teheran-Tel Aviv.
Melansir laporan Fox News, Minggu (22/6/2025), enam pesawat pengebom B-2 tersebut tampaknya mengisi bahan bakar setelah diluncurkan dari Missouri, yang menunjukkan bahwa mereka diluncurkan tanpa tangki bahan bakar penuh karena muatan berat di dalamnya, yang bisa jadi adalah bom "Bunker Buster".
Setiap unit B-2 dapat membawa dua bom "Bunker Buster" seberat 15 ton—senjata yang hanya dimiliki AS. Para pakar mengatakan bom itu bisa menjadi senjata penting untuk menargetkan situs nuklir Iran yang dijaga paling ketat, yakni Fordow yang berlokasi jauh di bawah tanah di sebuah gunung.
Mark Dubowitz, CEO Foundation for Defense of Democracies, mengatakan kepada Fox News Digital: "Menghancurkan [Fordow] dari udara adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan AS."
Menurut Jonathan Ruhe, Direktur Kebijakan Luar Negeri untuk JINSA, bom "Bunker Buster" dirancang untuk menggunakan gaya gravitasi guna menembus campuran tanah, batu, dan beton sebelum bom itu sendiri meledak di bawah tanah.
"Ledakan yang terjadi dapat menghancurkan target sepenuhnya atau meruntuhkan struktur di sekitar target tanpa harus melenyapkannya," jelasnya.
Namun, Presiden AS Donald Trump ragu bom GBU-57 mampu menjangkau situs nuklir Fordo sehingga dia belum memutuskan untuk menyerangnya. Keraguan Trump itu diungkap sumber-sumber pemerintah Washington yang mengetahui masalah tersebut.
Editor : Ahmad Antoni