Sejarah Wayang Babad Kartasura, Membaca Ulang Jejak Keraton dalam Bahasa Seni yang Hidup

Kehadiran publik yang antusias menjadi bukti bahwa seni tradisi masih memiliki tempat di hati masyarakat, bahkan di era digital.
Pentas di ruang-ruang modern juga memberi pesan penting: tradisi tidak harus terjebak dalam romantisme masa lalu, melainkan dapat bertransformasi mengikuti kebutuhan zaman.
Bagi generasi muda, Wayang Babad Kartasura menjadi pintu masuk untuk memahami sejarah dalam kemasan yang relevan.
Gerakan Kebudayaan
Lebih dari sekadar seni pertunjukan, Wayang Babad Kartasura berkembang menjadi sebuah gerakan kebudayaan. Ia mengingatkan publik bahwa sejarah tidak hanya berupa catatan, tetapi pengalaman yang dapat dihidupkan kembali di panggung masa kini.
Dalam setiap lakonnya, publik diajak merenungi bahwa kisah tentang perebutan kekuasaan, perlawanan rakyat, dan strategi diplomasi di masa lalu memiliki resonansi dengan situasi hari ini. Dengan begitu, Wayang Babad Kartasura menyatukan seni, sejarah, dan pendidikan dalam satu ruang kultural yang utuh.
Menjaga Warisan, Menyapa Zaman
Wayang Babad Kartasura kini dipandang bukan hanya sebagai karya seni, melainkan monumen kultural yang hidup. Ia membuktikan bahwa warisan leluhur tidak berhenti sebagai kenangan, melainkan bisa ditafsirkan ulang agar tetap relevan.
Melalui medium ini, generasi muda diajak untuk memahami bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu yang diam, melainkan sumber nilai dan identitas yang perlu terus dihidupkan.
Editor : Ahmad Antoni