5 Jenderal Kopassus Paling Fenomenal di Korps Baret Merah, Nomor 4 Pembasmi PKI di Jawa Tengah

3. Prabowo Subianto
Prabowo Subianto salah satu tokoh yang melegenda di Kopassus. Pangkat terakhir di korps baret ini sebagai Letjen dan pernah menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.
Prabowo pernah ditugaskan menjadi Komandan Pleton Group I sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Leste (dulu Timor Timur) di usianya yang baru 26 tahun. Meski masih muda, Prabowo dan pasukannya mendapat perintah untuk menangkap Nicolau dos Reis Lobato, Perdana Menteri pertama Timor Timur.
Bukan hanya itu, Prabowo juga berhasil menangkap Letkol Xanana Gusmao. Bahkan, karena keberhasilannya, ia dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus pada 1983.
Pada Desember 1995, Prabowo diangkat sebagai komandan jenderal Kopassus dengan pangkat mayor jenderal. Pada 20 Maret 1998, Prabowo diangkat menjadi Pangkostrad, meski hanya 10 hari.
Lalu, menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI, sebagai jabatan terakhirnya. Kini Prabowo menjabat sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia.
4. Sarwo Edhie Wibowo
Letnan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (25 Juli 1925-9 November 1989) merupakan tokoh militer Indonesia. Dia ayah mertua dari Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam karier di militer, Sarwo Edhie sempat menjabat sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kini menjadi Kopassus.
Saat peristiwa pengkhianatan G30S/PKI, Sarwo Edhie dan pasukannya berhasil mengangkat jenazah para jenderal dan perwira TNI AD di Lubang Buaya. Dia juga ikut membasmi PKI di daerah Jawa Tengah.
5. Sintong Panjaitan
Letnan Jenderal TNI (Purn) Sintong Hamonangan Panjaitan atau biasa disebut Sintong Panjaitan menjadi salah satu legenda Kopassus. Dia pernah menjadi Penasihat Militer Presiden BJ Habibie, Sesdalopbang (Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan), Pangdam IX Udayana, Danjen Kopassus.
Selama berkarier di militer, Sintong telah menerima 20 perintah operasi/penugasan di dalam dan luar negeri. Sintong berasal dari Tarutung, Sumatera Utara.
Pada awal karierm Sintong pernah memimpin Grup-1 Para Komando yang terjun dalam operasi kontra-terorisme pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla. Operasi ini dijalankan saat berpangkat letnan kolonel.
Walaupun terdapat dua korban jiwa, operasi itu dinilai sukses sehingga dia beserta timnya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat. Keterlibatannya dalam operasi militer di daerah Timor Timur membuat Sintong diangkat menjadi Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana yang mencakup Provinsi Timor Timur.
Editor : Ahmad Antoni