Mantapreneur Naik Kelas, 50 Wirausaha di Jateng Dibekali Pelatihan untuk Menembus Pasar Ekspor
SEMARANG, iNewsSemarang.id - Bank Mandiri Taspen terus memperkuat pemberdayaan para purna bakti (pensiunan) agar tetap produktif dan sejahtera di masa pensiun.
Melalui program Mantapreneur Naik Kelas, Bank Mandiri Taspen memberikan pelatihan bagi wirausahawan pensiunan di seluruh Indonesia untuk menembus pasar ekspor.
Kegiatan pelatihan menyasar 50 wirausaha di Jawa Tengah (Jateng) dari berbagai lini usaha, mulai dari crafting, mebel, fashion, batik, tas kulit, kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Pelatihan berlangsung di Semarang pada 23-25 Oktober 2025.
Menurut Plt Direktur Utama Bank Mandiri Taspen Maswar Purnama, Mantapreneur Naik Kelas ini merupakan implementasi dari tiga pilar Bank Mandiri Taspen, yakni Mantap Sehat, Mantap Aktif, dan Mantap Sejahtera. Karena itulah melalui Mantapreneur, pihaknya ingin para pensiunan ini hidupnya tetap aktif dan produktif.
“Mantapreneur Naik Kelas ini merupakan program khusus yang kami siapkan untuk para purna bakti yang punya usaha. Kali ini temanya Go Ekspor, maksudnya kita ingin Mantapreneur atau para purna bakti yang sudah punya usaha, tidak hanya terbatas pemasaran di dalam negeri saja," kata Maswar, Jumat (24/10).
Para wirausaha ini mendapatkan pembekalan langsung dari para praktisi dan lembaga pendukung ekspor, termasuk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Eximbank, yang menjadi mitra strategis Bank Mandiri Taspen dalam membuka akses ekspor ke pasar global.
Dari 50 peserta yang mengikuti pelatihan, Maswar menargetkan setengahnya bisa masuk dalam program Go Ekspor. "Kita bekerja sama dengan Eximbank supaya para mitra kita ini bisa ekspor produk-produknya ke mancanegara. Jadi bisa mendorong devisa juga untuk Indonesia," ujarnya.
Kolaborasi ini bertujuan memfasilitasi para Mantapreneur dalam memahami prosedur, pembiayaan, dan jaringan yang dibutuhkan untuk mengekspor produk mereka. Materi yang diberikan difokuskan pada pemenuhan standar internasional.
"Kita bekali dengan pendidikan syarat-syarat untuk bisa ekspor. Misalnya, kontinuitas produksi. Kalau janji ekspor satu ton setahun, ya harus bisa dipenuhi, tidak bisa tiba-tiba hanya 500 kg," jelasnya.
Aspek lain yang mendapat perhatian serius adalah packaging dan kelayakan produk. Misalnya untuk komoditas seperti kopi sachet yang juga dipamerkan dalam acara, harus mencantumkan tanggal kedaluwarsa dengan jelas. Pelatihan juga mencakup cara menjaga kualitas produk, standar kesehatan, dan memastikan kelancaran produksi.
"Kalau kita mau ekspor itu packaging-nya harus benar. Di dalam kopi sachet itu harus tercantum tanggal kadaluarsanya kapan," tegasnya.
Editor : Ahmad Antoni