Refleksi 62 Tahun PMII, Prof Musahadi: Gerakan Boleh Beda, Tapi 3 Hal Ini Harus Dipertahankan

SEMARANG, iNewsSemarang.id – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir dari kegelisahan Nahdlatul Ulama (NU) untuk mewadahi organisasi sayap kemahasiswaan. Jika kemudian PMII berada di luar struktur dan memilih independen, namun fakta sejarah menyatakan kelahirannya tidak bisa dipisahkan dari peran NU.
Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Alumni PMII Jawa Tengah, Prof. Dr. Musahadi, MAg, mengatakan hal itu saat mengisi refleksi memperingati hari lahir ke-62 tahun PMII yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang IKA PMII Kota Semarang, di kelurahan Jatisari, Mijen, Semarang pada Minggu (17/4/2022).
Guru Besar UIN Walisongo Semarang itu lebih lanjut menyampaikan, untuk memaknai 62 tahun PMII perlu melihatnya dalam tiga dimensi waktu. Ketiganya adalah waktu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Menurutnya masa lalu sebagai fakta sejarah, tidak dapat dihapus dan menjadi pelajaran. Sedang masa sekarang yang sedang berlangsung, menjadi cerminan untuk melihat masa depan.
“Misal narasinya begini. Di media sosial beredar mahasiswa demo, sambil merokok padahal lagi puasa. Soal benar dan tidaknya, saya tidak tahu, namun itu yang harus kita hadapi dan dihandel oleh PMII hari ini, kemudian untuk melihat ke depan mau seperti apa,” katanya.
Sebagai alumni, pihaknya mengaku tidak mengekang para yuniornya yang saat ini aktif di PMII. Menurutnya setiap generasi memiliki tantangan yang berbeda, sehingga pendekatan yang dilakukan pun tidak sama.
“Tapi kalau kader PMII kehilangan 3 hal yang sudah menjadi platform pergerakan, yakni dzikir, fikir dan amal saleh, saya sebagai Ketua PW IKA PMII Jawa Tengah harus mengingatkan,” tegas Musahadi.
Editor : Sulhanudin Attar