Program Persiapan Studi Ikhtiar Meraih Beasiswa

Moh. Miftahul Arief
Ruchman Basori, Kasubdit Ketenagaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (DIKTIS), Ditjen Pendidikan Islam dan Ketua PMU Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kemenag RI. Foto ist.

Opini oleh Ruchman BasoriKasubdit Ketenagaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (DIKTIS), Ditjen Pendidikan Islam dan Ketua PMU Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kemenag RI

Bisa melanjutkan studi pada jenjang pendidikan tinggi, utamanya magister dan doktor adalah impian banyak orang. Sebagian orang tidak berani bermimpi karena pelbagai keterbatasan. Namun kaum muda umumnya tertarik untuk merebut kesempatan mendapatkan beasiswa.

Saat ini ada banyak kesempatan untuk kuliah dengan mendapatkan beasiswa. Salah satunya program beasiswa yang dirancang oleh Kementerian Agama, yaitu Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) yang merupakan kolaborasi antara Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan Kemenag, sebagai metamorfosis dari pelbagai layanan beasiswa yang selama ini ada.

Agar program studi lanjut dapat berjalan dengan sukses, dengan hanya berbekal kemampuan intelektual saja tidaklah cukup. Harus melengkapi diri dengan kemampuan Bahasa asing dan kemampuan untuk mengembangkan sikap mental daya tahan dan daya juang. Karenanya program persiapan studi menjadi sangat penting.

Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam waktu yang hampir bersamaan akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023, menyelenggarakan kegiatan Program Persiapan Studi Lanjut (PPSL) sebagai bekal untuk studi lanjut S2 dan S3 ke Luar Negeri. Sementara Program Persiapan Bahasa dan Akademik (PPBA) untuk membekali calon mahasiswa yang ingin studi pada jenjang S2 dan S3 Dalam Negeri.

Animo peserta yang berminat mengikuti kedua program tersebut sangat tinggi. Tidak kurang dari 1003 orang mendaftar PPBA dari kuota 148 orang dan ratusan pendaftar mengikuti PPSL dari kota 200 orang. Hal ini menunjukan bahwa aktor-aktor pendidikan di bawah Kemenag, mempunyai semangat yang tinggi untuk studi lanjut.

PPSL didesain menghasilkan calon-calon mahasiswa yang siap menempuh studi ke Luar Negeri dengan pendanaan dari Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB). Sementara PPBA untuk saat ini (2022) didanai dengan DIPA Ditjen Pendidikan Islam. Sebuah terobosan strategis untuk mendapatkan calon awardee yang unggul.

Ekspektasi para peserta, tentu ingin lanjut studi dengan mendapatkan beasiswa. Karena disadari untuk studi jenjang S2 dan S3 apalagi di negeri orang, membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Hanya orang yang mempunyai komitmen tinggi untuk studi magister dan doktor dengan biaya mandiri. Bagi sementara orang karena 'terpaksa', demi memenuhi tuntutan pekerjaan yang mensyaratkan gelar akademik.

Jika kita melihat program-program beasiswa yang selama ini terjadi, kerap mengalami beberapa kendala. Salah satunya adalah input awardee yang masih membutuhkan pembenahan. Baik dalam hal kompetensi bahasa asing (Arab dan Inggris) maupun kapasitas akademik. Juga berkaitan dengan menjaga komitmen kebangsaan dan moderasi beragama.

Dalam hal kapasitas akademik adalah terkait dengan komitmen keilmuan dan komitmen untuk studi tepat waktu. Para awardee adalah para pencari ilmu, maka harus mencintai ilmu pengetahuan dan segala hal wasilah untuk mencapainya. Karena agama memberikan justifikasi yang kuat untuk memberikan ketinggian derajat bagi pemiliknya. (Q.S, al-Mujadalah/58:11)

Pada sisi yang lain juga masih banyak awardee yang tidak dapat menyelesaikan studi tepat waktu, dua tahun untuk S2 dan tiga tahun untuk S3, walau sudah mendapatkan perpanjangan masa studi. Lulus tepat waktu dengan terus melejitkan prestasi sebagai penerima beasiswa adalah yang diharapkan bagi pengelola beasiswa.

Selain itu adalah soal daya tahan dan daya juang menghadapi problematika kuliah dengan beasiswa. Sudah tidak menjadi rahasia lagi, dalam pelaksanaan program beasiswa tidak semulus jalan tol, terutama dalam hal pencairan anggaran.

Pemenuhan persyaratan administrasi pencairan, alur dan mekanisme pencairan, serta hal-hal teknis lainnya, cukup menyita banyak waktu dan kadang melelahkan. Semua pihak baik awardee maupun pengelola beasiswa kerap menghadapi masa-masa tertekan akibat keterlambatan pencairan. Apalagi mencairkan anggaran yang dananya ada di pihak mitra bukan ada di Kementerian/Lembaga sendiri.

Menghadapi masalah itu, membutuhkan daya tahan dan daya juang yang kuat. Para awardee harus mempersiapkan diri dengan baik. Berkomunikasi dengan keluarga tak kalah penting, akan rencana studi dan mengantisipasi problematika penerima beasiswa seperti tersebut di atas.

Muncul fenomena, orang-orang yang tadinya adalah orang yang bermental tegar, kuat dan berjibaku menghadapi problema kehidupan, namun setelah mendapatkan beasiswa mengalami penurunan sikap mental. Terlihat kurang tegar, menghadapi suasana baru dan hal ini sering merepotkan banyak pihak.

PPSL dan PPBA dirancang dalam kerangka mempersiapkan para calon awardee dalam hal kemampuan bahasa asing, kemampuan akademik dan kemampuan untuk tetap survive menghadapi masalah-masalah hidup. Berkaitan dengan ini, tentu kita ingat teori survival of the fittest yang populer setelah diulas oleh Charles Darwin. Darwin menyatakan organisme terbaik dalam beradaptasi dengan lingkungannya adalah mereka yang paling berhasil dalam bertahan hidup.

Sebaik apapun program persiapan studi itu dirancang, semuanya akan berpulang kepada yang menjalankannya, yaitu para peserta. Waktu 3 minggu atau 3 bulan yang dijalani kadang terasa kurang, tetapi kadang dianggap sudah cukup atau efektif, jika mampu memaknainya sebagai sumber motivasi dan inspirasi. Dalam istilah pewayangan adalah kawah candradimuka mental calon-calon musafir pencari ilmu.

Sikap mental yang juga harus digodok dalam kawah candradimuka kampus persiapan adalah soal clean and clear wawasan kebangsaan dan moderasi beragama. Para calon penerima beasiswa di lingkungan Kemenag dipastikan sebagai orang yang memiliki semangat kebangsaan dan moderasi beragama yang unggul.

Dengan bahasa lain adalah profil manusia yang mencintai agama dan bangsanya dalam satu tarikan nafas, bukan pribadi yang terbelah, meminjam bahasa Gus Menteri Agama, Yaqut Cholil Qaumas sebagaimana yang sering diungkapkan.

Program Persiapan Studi menjadi melalui PPSL dan PPBA adalah bekal penting agar para calon mahasiswa studi S2 dan S3 di bawah Kementerian Agama  siap secara akademik dan mental menjadi pemenang kehidupan. Pemenang kehidupan atau sang juara harus diciptakan, bukan tumbuh begitu saja layaknya pemain alam. Wallahu a'lam bi al shawab.

Editor : Miftahul Arief

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network