Erwin dari LP2KP Kendal saat mengklarifikasi kejadian ini berupaya mendengar secara langsung apa yang sebenarnya terjadi hingga menyebabkan ada dugaan kekerasan di sekolah.
"Ini sebenarnya kejadiannya seperti apa. Kenapa anak didik diperlakukan seperti itu. Tentu kalau tidak didorong dengan tenaga ekstra lukanya tidak separah itu," kata Erwin.
Dari kasus ini, lanjutnya, sebelumnya pihaknya banyak didorong oleh kerabat korban untuk melaporkan kasus ini ke kepolisian. Namun, langkah itu tak ditempuh, karena upaya meminta pertanggungjawaban pihak sekolah secara kekeluargaan lebih dipilihnya.
"Kita meminta ada upaya sebagai solusi agar anak yang menjadi korban ini mau berangkat kembali ke sekolah. Pihak sekolah harus memberikan konseling terhadap luka psikis siswinya ini. Karena korban jadi ketakutan untuk bertemu dengan gurunya," ujarnya.
Erwin menegaskan, akan membawa dugaan kasus kekerasan terhadap anak ke ranah hukum, jika korban tetap dilanda ketakutan hingga tak mau lagi kembali melanjutkan sekolahnya di sekolah tersebut.
Sementara itu, AM selaku guru yang diduga mendorong siswinya ini menuturkan, kejadian itu berawal dari kegiatan rutin sekolah ziarah ke makam Wali Joko di Komplek Masjid Agung Kendal.
"Selesai ziarah saya meminta para murid segera bergegas masuk ke kelas lagi. Yang mau ambil sepatu kita tarik dan dorong untuk segera bergegas. Begitu juga yang masih duduk-duduk. Kita tarik dan kita dorong agar kembali ke kelas," kata AM yang menjabat sebagai kepala sekolah ini.
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait