El Nino Southern Oscillation atau El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang terjadi di Samudera Pasifik bagian timur memiliki tiga fase yang berbeda yaitu hangat, dingin atau netral.
Fase hangat terjadi setiap dua hingga tujuh tahun dan melihat arus hangat naik ke permukaan lepas pantai Amerika Selatan dan menyebar ke seluruh lautan dunia.
Arus panas ini akan mendorong sejumlah besar panas ke atmosfer.
Rekor musim panas sebelumnya termasuk 2016 yang merupakan tahun terpanas di dunia. Situasi itu biasanya terjadi setahun setelah peristiwa El Nino yang kuat.
Badan cuaca di seluruh dunia menggunakan kriteria berbeda untuk memutuskan kapan fase hangat ini tiba.
Bagi ilmuwan AS, definisi mereka mensyaratkan lautan menjadi 0,5 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya selama sebulan, atmosfer harus terlihat merespons panas dan harus ada bukti bahwa fenomena tersebut sedang berlangsung.
Semua syarat itu terpenuhi Mei lalu dan dalam pernyataannya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebut fenomena El Nino sudah terjadi.
“Ini adalah sinyal yang sangat lemah. Namun, kami percaya bahwa kami sedang melihat permulaannya (El Nino) dan akan terus meningkat," kata seorang ilmuwan di NOAA, Michelle L'Heureux.
Ilmuwan lain percaya El Nino kali ini memiliki peluang 84 persen melebihi kekuatan sedang pada akhir tahun.
Mereka juga menyebut ada potensi 25 persen fenomena ini melebihi 2 derajat Celcius pada puncaknya, sehingga memasuki fase 'Super El Nino'.
Efek awal dari fenomena tersebut mungkin tertunda selama beberapa bulan tetapi akan terasa di seluruh dunia.
Para peneliti memperkirakan efeknya termasuk cuaca yang lebih kering di Australia dan sebagian benua Asia dengan potensi hujan muson di India berkurang, sedangkan El Nino biasa akan mengakibatkan kekeringan yang memburuk di benua Afrika.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait