"Karena ibu ini sudah susah payah membesarkan kita. Di masa lalu sudah dia lalui dengan jerih ayah, saat ini saya hanya bisa membasuh kakinya,” kata Toni.
“Saya kira apapun yang kita berikan tidak bisa menggantikan yang sudah diberikan oleh ibu. Ini hanya sebagian. Kecil dan simbol saja. Jasa ibu tidak tertandingi oleh apapun," ujarnya.
Sementara, Ketua perkumpulan sosial Boen Hian Tong (Rasa Dharma), Harjanto Halim menyampaikan bahwa bakti kepada orang tua bukan hanya membasuh kaki.
Suasana haru mewarnai acara Basuh Kaki Orang Tua di Gedung Rasa Dharma Jalan Gang Pinggir, Semarang, Kamis (8/2/2024). (foto Antoni)
Menurutnya, dengan menghidupkan kembali tradisi kina ini, para anak jadi tahu bagaimana menjaga kebaikan, memaknai kembali hubungan anak dengan orang tua dan orang tua dengan anak.
"Bagi saya ini ibadah. Kita ikut terharu. Berarti ini sangat mengandung nilai spiritual. Ini sebenarnya menghidupkan tradisi Tionghoa yang dulu pernah ada,” ujar Harjanto.
“Jadi tradisi ini perlu diangkat kembali, dan ini bisa dilakukan lintas agama lintas etnis, karena agama apapun menganjurkan untuk menghormati orang tua," ujarnya.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait