“Kalau sama papa jadi terarah, ya lebih terbantu. Kalau kerja baru pertama kali gak ada yang ngarahin, seakan tersesat. Pengalaman kan saya juga baru banget Saya diberi arahan soal gambarannya,” ujar mahasiswi Sastra Inggris Undip ini.
Azra juga mengaku tak kikuk (tegang) meski sama-sama bertugas sebagai KPPS bersama sang ayah dalam satu TPS. Hal itu karena perbedaan dalam menjalankan tugas.
“Tidak ada rasa kikuk karena saya kan di IT kalau papa yang KPPS 2, kerjanya kan agak beda. Misalnya butuh bantuan tanya papa. Ini gimana papa jelasin jadi ga kikuk,” ungkapnya.
Di sisi lain, dia mengaku senang selama menjadi anggota KPPS karena bisa lebih mengenal masyarakat terutama tetangga. “Enaknya ya mungkin ketemu sama tetangga. Di rumah kan jarang keluar, kalau keluar pas lagi ada kegiatan kampus, sering gak ketemu sama tetangga. Lihat DPT nama-namanya oh ternayata sudah gede, dulu masih kecil sekarang sudah gede,” ujarnya.
Arief Maulana (49) dan Azra Aulia Nurshadrina (21), ayah adan anak yang jadi KPPS di TPS 15 Bulusan Tembalang Semarang. (IST)
Sementara itu, bagi Arief menjadi KPPS bukan yang pertama kali. Dia pernah menjadi KPPS saat Pemilu 2009 hingga 2024. Namun Pemilu 2024 kali ini dirasakan berbeda dengan Pemilu sebelumnya.
“Ya kalau saya sih pengalaman untuk Pemilu sudah beberapa kali. Cuma sekarang memang benar-benar manual. Dan ini pengalaman beda lagi, ternyata harus menggunakan sistem yang baru, dulu tidak saya dapatkan,” kata Arief.
“Pengalaman kedua, saya ikut sertakan anak saya jadi panitia (KPPS). Anak saya tawari dia mau ya sudah kita ajak. Niat saya sebenarnya untuk menambah pengalaman dia lebih tahu pengalaman dan bersosialisasi termasuk organisasi terhadap keikutsertaan pemilu,” ujarnya.
Pada Prinsipnya, dia ingin memberikan pengalaman baru pada anak agar supaya mempunyai pengetahuan baru terhadap sistem kepemiluan di Indonesia, bersosialisasi terhadap lingkungannya dan tambah peduli. “Ya saya senang saja lihat anak saya jadi tergerak ikut kegiatan di KPPS,” ujarnya.
“Selama proses, di KPPS itu ada 7 dalam tugas masing-masing, alhamdulillah secara kinerja tim bagus saling dukung mendukung apabila permasalahan kurang paham kita bisa bantu kita tanyakan PPS. Semua anggota saling terlibat, bagi tugas, semua terbantu,” ujar pria yang bekerja sebagai konsultan teknik ini.
Arief menceritakan lika-liku sebagai petugas KPPS sebelum hari H pencoblosan. Menurutnya pada awal pembagian DPT bisa lebih tahu karena selama ini kegiatan disibukkan masing-masing anggota.
“Selain itu perubahan warga di tempat kami karena banyak warga pendatang, kemudian kos kontrak dan sebagainya, kita jadi tahu, kenal, silaturahmi dengan warga yang tadinya jarang ketemu. Dalam pelaksanaan kita juga lebih akrab, tahu situasi lingkungan. Warga yang biasanya jarang keluar jadi kita tahu,” ujarnya.
Dia juga mengungkapkan soal waktu yang ternyata memang sama. Namun dia tidak punya bayangan. “Yang terdahulu paling maksimal jam 8 selesai, kita baru kirim ke PPS/PPK, tapi ternyata yang tadinya saya sempat meragukan kata-kata nanti selesainya lama, ternyata lama benar. Setelah kita jalani memang benar sampai menjelang subuh baru selesai,” katanya.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait