SEMARANG, iNewsSemarang.id - Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Semarang mengajak Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mengonsolidasi warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, agar tidak sekadar menjadi objek dalam ajang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PAN Kota Semarang, Sri Mulyono Tatag Anggoro, menyampaikan hal ini dalam kunjungan resminya ke kantor DPC PKB Kota Semarang pada Kamis, 25 Juli 2024.
"NU dan Muhammadiyah memiliki jumlah jamaah dan anggota yang mayoritas. Namun, sering kali tidak diperhitungkan oleh partai politik, termasuk dalam Pilkada Kota Semarang. Oleh karena itu, PKB dan PAN perlu memfasilitasi kedua organisasi ini agar umat dapat memilih pemimpin yang baik," ujar Tatag, yang meskipun berkultur NU, menjabat sebagai Ketua PAN.
Tatag juga mengungkapkan bahwa dirinya diperintah oleh beberapa tokoh muslim di Kota Semarang untuk menyampaikan pesan pentingnya memfasilitasi konsolidasi NU dan Muhammadiyah.
"Kedatangan saya di kantor PKB ini tidak sekadar mewakili PAN, tetapi juga menyampaikan pesan agar PKB dan PAN bersama-sama dengan NU dan Muhammadiyah dapat mewujudkan Semarang sebagai Kota Santri. Ini adalah amanat dari para tokoh muslim di Kota Semarang," jelasnya.
Ketua DPC PKB, Muhammad Mahsun, menyambut baik kedatangan Tatag Anggoro. Untuk menyambut kehadiran Ketua DPD PAN tersebut, Mahsun mengajak para pengurus PKB, anggota Fraksi PKB, dan calon legislatif PKB.
Mahsun menegaskan bahwa PKB, sebagai representasi NU, siap mengajak warga Nahdliyin untuk berpartisipasi dalam Pilkada Kota Semarang.
Ia setuju bahwa PKB harus bergandengan tangan dengan PAN dan Muhammadiyah untuk menggerakkan semangat warga, khususnya kaum muslimin yang terafiliasi dengan NU maupun Muhammadiyah, agar Pilkada dapat memberikan kontribusi agama kepada masyarakat selama lima tahun ke depan.
Mahsun menekankan bahwa jika NU dan Muhammadiyah berbicara dalam konteks Pilkada, umat akan mendapatkan tuntunan yang sesuai ajaran agama tentang pentingnya memilih pemimpin yang amanah dan dapat dipercaya.
Ia menegaskan bahwa warga NU dan Muhammadiyah tidak boleh hanya menjadi objek yang diombang-ambingkan isu politik tanpa arah, sehingga tidak bisa menentukan pilihan yang tepat.
"Memilih pemimpin adalah fardhu kifayah. Ini adalah bagian dari amalan agama karena menentukan bagaimana kekuasaan akan dijalankan untuk rakyat. Maka, para pemegang otoritas keagamaan, dalam hal ini NU dan Muhammadiyah, perlu konsolidasi menuntun umat. PKB dan PAN siap menjadi pemegang mandat konsolidasi tersebut," ujar Mahsun, didampingi Sekretaris DPC PKB Juan Rama, Sekretaris Desk Pilkada PKB Antoni Yudha Timor, dan para fungsionaris DPC PKB Kota Semarang.
Mahsun menambahkan bahwa PKB dan PAN sudah memiliki pengalaman berkoalisi untuk mengusung calon Walikota Semarang. Pada tahun 2005, PKB, PAN, PPP, dan PKS mengusung pasangan Sukawi Sutarip-Mahfud Ali yang berhasil memenangkan Pilkada.
Pertemuan dua jam itu membahas persiapan Pilkada Walikota dan Wakil Walikota (Pilwalkot) dengan serius, diselingi guyonan khas Semarangan.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait