JAKARTA, iNews.id - Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi, mengaku tidak mengantisipasi jika konflik Rusia-Ukraina dimanfaatkan pelaku usaha untuk memainkan harga CPO yang berimbas pada minyak goreng.
Hal itu membuatnya salah dalam melakukan prediksi dan mengambil kebijakan dalam mengatasi masalah minyak goreng di dalam negeri.
"Kesalahan utama saya, tidak bisa memprediksi akan terjadi invasi Rusia terhadap Ukraina. Ini saya sebut tadi deduksinya adalah mengundang orang jadi berbuat serakah dan jahat terhadap minyak goreng," kata Lutfi dalam rapat kerja gabungan DPR, di Jakarta, Kamis (17/3/2022).
Menurut dia, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil/ CPO trennya terus menguat sejak Februari 2022.
Seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, permintaan CPO meningkat karena pengguna minyak biji matahari atau sunflower beralih ke minyak sawit.
Dia menjelaskan, Rusia dan Ukraina merupakan negara yang memproduksi minyak nabati dari biji bunga matahari. Namun karena mereka berkonflik, pengguna minyak biji matahari atau sunflower dialihkan ke CPO.
Adapun, total nilai transaksi global kedua jenis minyak itu adalah 14 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga, ketika terjadi perang Rusia-Ukraina, harga minyak sawit per Maret 2022 jadi melambung dari Rp16.000 per kg menjadi Rp21.000 per kg.
"Invasi Rusia terhadap Ukraina ini menyebabkan harga-harga barang tinggi, terutama Rusia dan Ukraina ini penghasil daripada minyak sunflower penggantinya adalah minyak CPO sehingga menyebabkan harga minyak CPO jadi mahal," ungkap Mendag Lutfi.
Editor : Sulhanudin Attar
Artikel Terkait