Kisah Heroik Pratu Suparlan, Legenda Kopassus Pantang Mundur Hadapi Ratusan Musuh di Belantara Hutan
Awalnya dari balik pepohonan, 300 lebih pasukan Fretilin muncul, mengepung dari segala arah. Mereka membawa mortar, GLM, dan senapan serbu. Jumlah pasukan tak seimbang. Posisi pasukan TNI terjepit di bibir jurang.
Satu demi satu rekan Pratu Suparlan tumbang. Peluru datang dari segala arah. Sementara musuh terus mendesak, hanya ada satu pilihan, yakni mundur atau musnah.
Letnan Poniman, sang komandan, memerintahkan pasukan mundur lewat celah bukit. Tapi itu butuh waktu. Jika tak ada yang menahan serangan, tak satu pun akan selamat. Tanpa ragu, Pratu Suparlan angkat tangan.
“Biar saya yang tahan mereka,” katanya. Dengan senapan mesin otomatis FN di tangan yang ia ambil dari tubuh rekannya yang gugur, Suparlan maju ke garis depan. Peluru menembus tubuhnya. Tapi ia tak berhenti.
Dia seperti banteng terluka. Berlari ke arah musuh. Menembak. Menabrak. Bertarung. Ketika peluru habis, dia tak lari. Dia cabut pisau. Bertarung satu lawan satu di semak-semak. Enam anggota Fretilin tumbang di tangannya.
Hingga akhirnya, tubuhnya mulai menyerah. Tenaga habis. Darah mengucur deras. Tapi tekadnya masih hidup. Dengan sisa napas terakhir, ia mengeluarkan dua granat dari saku. Menarik pin. Berteriak: “Allahu Akbar!” Dentuman keras mengguncang hutan. Puluhan pasukan Fretilin ikut roboh bersamanya.
Dari sembilan prajurit, enam gugur. Tapi berkat pengorbanan Pratu Suparlan, sebagian berhasil lolos. Dan dari pihak Fretilin, 83 orang tewas. Satu perlawanan terakhir yang berhasil membalik keadaan.
Jasad Pratu Suparlan ditemukan dalam kondisi mengenaskan, tak utuh. Tapi semangatnya tetap utuh, hidup dalam setiap langkah prajurit Kopassus hingga hari ini.
Pemerintah menganugerahkan Bintang Sakti sebagai bentuk penghargaan tertinggi. Dan untuk mengenang jasanya, nama Pratu Suparlan kini diabadikan sebagai nama landasan udara di Pusdiklatpassus, Batujajar, Bandung Barat.
Landasan pacu sepanjang 1.652 meter itu jadi tempat para prajurit elite berlatih, berlari di atas aspal yang mengabadikan nama seorang prajurit yang rela berlari menuju maut demi kawan-kawannya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait