Idul Fitri Sebagai Sebuah Peristiwa Budaya

Moh. Miftahul Arief

Penulis: Dr. H. Ruswan, MA*

SEMARANG.iNewsSemarang.id - Alhamdulillah wa syukru lillah. Ahad malam (1/5) pemerintah melalui Menteri Agama RI setelah mendapatkan laporan dari berbagai pihak khususnya mereka yang melakukan pantauan hilal menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1443 H jatuh pada hari Senin, 2 Mei 2022 M. Sejenak kemudian terdengar suara petasan di seluruh penjuru mata angin seolah telah siap diledakkan jauh-jauh dari pengumuman pemerintah.

Tidak lama kemudian terdengar suara bedug bercampur alat musik ala kadarnya yang diangkut dengan bak terbuka yang penuh dengan remaja dan anak-anak. Sambil mengumandangkan takbir mereka membunyikan musik klasik khas malam takbiran. Itu sedikit gambaran gempita anak-anak dan remaja di perumahan menyambut lebaran, suatu hari yang sangat dinantikan oleh miliaran umat Muslim sedunia. 

Idul Fitri memang sebuah peristiwa budaya yang berbasis ajaran agama. Dalam satu sesi kuliah Islam dan Moderasi Beragama, ada mahasiswa yang berpendapat bahwa agama dan budaya merupakan dua hal yang berbeda sama sekali. Agama berasal dari Tuhan sedang budaya berasal dari manusia. Pendapat bahwa agama (samawi) berasal dari Tuhan itu benar adanya. Tetapi firman Tuhan tidak bisa bisa diamalkan tanpa ada proses pemahaman sebelumnya. Pemahaman oleh manusia yang memiliki latar belakang yang beragam menghasilkan keragaman atas firman Tuhan yang sama. Suatu saat anak saya pernah bercerita tentang bayangan keadaan alam mahsyar dimana setiap orang akan dihisab amalnya. Yang terbayang orang-orang berkumpul kemudian dipanggil satu persatu di sebuah tempat seperti kantor. Kemudian mendapatkan raport dari amalnya ketika di dunia. Itu sekedar contoh bagaimana pemahaman seorang manusia atas kehidupan alam mahsyar yang dijelaskan dalam banyak ayat Al Qur'an dan Hadits. 

Idul Fitri sebagai sebuah ajaran agama dijelaskan dalam banyak hadits. Yang pasti itu adalah hari dimana umat Islam diharamkan berpuasa dan disunnahkan untuk melakukan sholat id. Tetapi pada kenyataannya respon umat Islam lebih dari sekedar adanya semangat untuk 'berbuka puasa" dan sholat id. Mereka menyambutnya dengan suka cita bak merayakan hari kemenangan. 

Semua peristiwa selama hari hari H idul Fitri dan beberapa hari setelahnya tidak cukup dijelaskan dengan norma-norma baku agama. Harus ada perspektif budaya untuk bisa memahami semua itu. 

Manusia  memang makhluk yang unik. Mereka membutuhkan ice breaker untuk membuat kehidupan selalu menyenangkan. Idul Fitri adalah menjadi event yang membuat kehidupan kembali bersemarak apalagi setelah pandemi Covid diyakini telah berakhir. Disinilah agama ternyata memberikan makna pada pemeluknya. Tetap bahagia dan penuh harapan untuk hidup sejahtera di masa depan.

Semoga semua yang merayakannya merupakan bagian dari hikmah berpuasa sehingga sejalan dengan apa yang dimaksudkan dalam Firman Allah SWT dalam QS. Alhajj: 32 "Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati."

Selamat Idul Fitri 1443 H, Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir batin.

* Dosen Studi Islam Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.

Editor : Miftahul Arief

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network