KENDAL. iNewsSemarang.id - Zamroni, warga Desa Gonoharjo, Limbangan, Kendal, Jawa Tengah ini memilih menamakan produknya dengan Batik Linggo, alasannya adalah karena pada tempat tinggalnya terdapat cagar budaya berbentuk prasasti yang bernama Linggo Yoni (Lingga Yoni).
Batik Linggo yang kini menjadi produk batik yang khas desa tersebut dirintis pada tahun 2009 oleh Zamroni, setelah sebelumnya ia telah mengikuti beberapa pelatihan membatik.
"Saya menamakan Batik Linggo karena berasal dari prasasti Lingga Yoni, linggo berarti laki-laki dan yoni yang berarti perempuan. Karena di desa ini terdapat cagar budaya prasasti," ujar Zamroni, belum lama ini.
Tak sekedar nama, batik Linggo Yoni juga memiliki konsep khas berupa kehidupan masyarakat sekitar, seperti potensi alam dan suasana masyarakat Gonoharjo, serta memiliki motif yang diberikan untuk pertama kali mengenalkan batik Linggo berbentuk batu dengan ukiran kepala naga dan kura-kura.
"Prasasti ini berbentuk batu dengan ukiran kepala naga dan kura-kura yang menjadi motif cap pertama batik Linggo," jelas Zamroni.
Kekhasan batik Linggo Yoni juga menarik beberapa pihak untuk berkunjung ke tempat produksi dan galeri produk batik itu, salah satunya para dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mandiri Misi Khusus (KKN MMK) Kelompok 10 UIN Walisongo Semarang.
Para mahasiswa yang berkunjung dapat melihat secara langsung beberapa bahan baku pembuatan batik yang berasal dari bahan alami, termasuk proses pembuatannya yang menggunakan dua cara yaitu dengan menggunakan teknik tulis atau canting dan teknik batik cap.
Selain itu mereka juga diajari secara langsung cara untuk membatik dengan menggunakan teknik canting.
*Serial berita KKN UIN Walisongo ini merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Pusat Pengabdian kepada Masyarakat UIN Walisongo Semarang.
Editor : Miftahul Arief