SEMARANG. iNewsSemarang.id - Yuli, warga kelurahan Sadeng Gunungpati Semarang memiliki keahlian khusus yang tak lazim, yakni mengolah makanan yang dikenal pahit yaitu pare menjadi keripik, yang dikenal dengan Keripik Pare Sadeng.
Ide menghasilkan olahan pare tersebut muncul pada tahun 2017 saat wanita yang menjadi tulang punggung keluarga itu diminta seseorang untuk membuatkan jajanan keripik, dipilihlah pare sebagai bahan bakunya.
“Setelah mendapat pesanan dan mendapat respon yang baik dari konsumen, mulai memberanikan diri berjualan keripik," ungkap Yuli, Rabu, (20/7/2022).
Untuk membuat keripik pare tidak mudah, Yuli mangaku setidaknya membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk ibu Yuli dapat menemukan resep dan rasa yang enak.
Yuli juga bercerita dalam 2 tahun tersebut banyak permasalahan yang dihadapi seperti komplain pelanggan, penipuan dalam pemesanan dan lain sebagainya, namun hal yang dipegang teguh Ibu Yuli adalah semua pasti akan mendapatkan ganti yang lebih baik.
Meski telah 5 tahun memproduksi keripik pare, Yuli masih terkendala dalam memasarkan produknya di swalayan, mengingat harus ada perizinannya.
"Permasalahan yang masih dihadapi adalah persoalan penjualan yang kurang meluas dan belum adanya surat perizinan PIRT agar bisa menjualkan produknya di swalayan atau pun di tempat-tempat jual oleh-oleh," jelasnya.
Usaha Yuli ini menarik perhatian para mahasiswa UIN Walisongo yang kebetulan sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) di wilayahnya.
Mahasiswa KKN MIT DR 14 Kelompok 13 UIN Walisongo tersebut membantu mensosialisasikan keripik pare melalui beberapa webinar dan memperkenalkan kepada para pengusaha yang menaungi barang-barang produksi UMKM.
*Serial berita KKN UIN Walisongo ini merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Pusat Pengabdian kepada Masyarakat UIN Walisongo Semarang.
Editor : Miftahul Arief