JAKARTA, iNews.id - Destinasi wisata di Indonesia memiliki pesona yang berbeda. Selain menawarkan keindahan yang memikat, seringkali terdapat cerita legendaris di baliknya.
Hal yang umum terjadi di Indonesia adalah adanya danau-danau cantik yang menjadi destinasi wisata. Keadaan yang teduh, suasana perairan yang sejuk, menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan di sekitar danau tersebut.
Namun, beberapa danau tidak hanya menawarkan pemandangan yang indah. Cerita-cerita mistis juga melingkupi dan membuat beberapa danau dianggap angker oleh penduduk setempat.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa terdapat makhluk gaib menyeramkan dan sosok siluman yang mendiami danau-danau tersebut. Danau-danau tersebut terkenal dan dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Bahkan, beberapa danau berada di tengah kota besar seperti Jakarta. Penasaran? Berikut ini adalah empat danau yang penuh misteri dan dianggap terangker.
1. Danau Tolire, Ternate
Danau Tolire memiliki pemandangan yang spektakuler. Namun, ada kisah sedih di baliknya. Menurut legenda, Danau Tolire dulunya adalah sebuah kampung.
Namun, kampung tersebut dikutuk dan tenggelam menjadi danau karena seorang ayah yang tidak berperasaan menodai anaknya sendiri. Danau Tolire terbagi menjadi dua bagian.
Bagian yang lebih besar dari danau tersebut diyakini sebagai tempat tinggal siluman buaya putih sepanjang 10 meter. Oleh karena itu, tidak ada penduduk yang berani menangkap ikan di Danau Tolire.
2. Rawa Pening, Semarang
Rawa Pening terletak di Kecamatan Tuntang, di sebelah selatan Kota Semarang. Rawa Pening terkenal dengan kisah mistis tentang siluman ular bernama Baru Klinting.
Masyarakat mempercayai bahwa Rawa Pening merupakan bagian dari kerajaan para lelembut. Ketika malam tiba, sering terdengar suara gamelan yang seperti hajatan besar di sekitar danau.
Namun, suara tersebut tidak pernah dapat ditemukan sumbernya ketika ditelusuri. Beberapa orang percaya bahwa ketika suara gamelan mulai terdengar, itu adalah pertanda bahwa keesokan harinya akan ada orang yang tenggelam.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta