“Ada kerusakan satu panel untuk menggerak, satu panel ini nanti informasi dari DPU akan datang dari Jerman. Tanggal 10 Januari akan datang. Kemudian kedua tambahan kapasitas pompa, karena di sana memang harusnya ada kotakannya itu lima pompa, sekarang masih ada tiga,” jelasnya.
“Satu pompa harganya sekitar Rp 12 miliar, tapi dari situ tidak terinfo. Sehingga saya minta di 2024 ini bisa minimal beli satu pompa lagi,” tambahnya.
Selanjutnya pada Tinjauan Rumah Pompa Madukoro, masih memerlukan bantuan dua unite pompa mobile. Pompa moblie ini digunakan untuk membantu menarik air dari wilayah Semarang Indah dan Puri Anjasmoro.
“Kedua permasalah sangat klasik, masalah pompa dan sampah. Jadi pompa ini dari sejak 2014 bantuan BBWS, karena ini airnya menuju ke Banjir Kanal Barat. Sehingga kita upayakan bisa minta dulu kepada Menteri PUPR, karena memang dulu bangunannya dari Pemkot Semarang mesinnya BBWS atau PUPR. Dan ini sedang kita upayakan, tapi kalau tidak bisa kita beli satu dulu. Karena ini kapasitasnya dua pompa 2000 liter,” bebernya.
Di sisi lain, Mbak Ita mengaku pengendalian banjir di Kota Semarang masih terkendala dengan permasalahan sedimentasi. Seperti di Banjir Kanal Barat, pengendapan material susah dikendalikan.
“Air laut sedang pasang, jadi air lari ke daratan sehingga ini yang juga menjadi satu kendala. Kenapa air balik muter lagi, karena yang di wilayah Banjir Kanal Barat ini sedimenya sudah kayak daratan. Sehingga yang harusnya air masuk ke sungai, balik lagi ke rumah pompa lagi. Mungkin juga harus kita kordinasikan dengan BBWS atau PUPR,” ujarnya.
Editor : Maulana Salman