Gu Baha mengatakan kita secara syariat harus memilih sesuai ijtihad kita. "Tapi ndak usah dong sampai menggantungkan kesejahteraan sama seorang makhluk. Itu tidak boleh secara tauhid nggak boleh,” jelasnya.
Menurutnya, kita tetap memilih presiden, memilih kyai, milih siapa saja, tetapi tidak boleh menstatuskan manusia sama dengan status Tuhan. "Itu bahaya sekali dalam ilmu tauhid,” ujarnya.
Dalam kesempatan lain, Gus Baha juga menekankan bahwa memilih pemimpin itu wajib. Sebab sesungguhnya, partisipasi dalam proses demokrasi merupakan kewajiban dan hak asasi setiap warga negara untuk menentukan pemimpin negara. N
amun perlu diingat bahwa sebagai muslim kita harus perhatikan kaidah-kaidah ketika mengikuti proses demokrasi tersebut."Kalau ada pemilihan presiden atau bupati atau gubernur maka wajib memilih yang saleh," katanya.
Saleh di sini mengacu pada pemimpin yang beragama Islam, namun bagaimana jika tidak ada yang beragama Islam? "Kalau tidak ada yang saleh (muslim) maka aqollu dororon, misal di luar Jawa dan kandidat kafir (non muslim) semua maka aqollu dororon fil muslimin," ujarnya.
Editor : Maulana Salman