"Hanya saja modelnya berbeda. Februari debit tertinggi terjadi selama 8 jam, sedangkan Maret 56 jam. Artinya tanggul sementara yang kami buat itu sudah kuat. Hanya memang ruang sungai yang tak mampu menampung hujan selama 10 hari berturut-turut sehingga air sungai tetap melimpas. Akhirnya (tanggul) kalah dengan tekanan air yang ada," ujarnya.
Menyikapi hal tersebut, maka BBWS berkesimpulan penanganan tanggul jebol tak bisa lagi dilakukan secara darurat. Sembari dilakukan penutupan sementara guna mempercepat proses pengeringan kawasan yang kebanjiran, BBWS secara bersamaan juga menyiapkan pembangunan tanggul secara permanen.
"Saat ini kami sedang proses penguatan tanggul, penebalan dan peninggian. Kami juga sudah memulai proses permanennya, untuk di Norowito. Penyiapan material dan peralatan untuk penanganan permanen. Karena kami lihat penanganan tanggul yang sudah kami lakukan belum cukup kuat dan sifatnya sementara," katanya.
Menurut dia, selain tanggul jebol di Norowito, BBWS juga mencatat ada kejadian serupa di wilayah Dukuh Bugel. Termasuk jebolnya tanggul irigasi di 9 titik aliran Sungai Wulan.
Namun untuk saat ini, BBWS Pemali Juana baru bisa melakukan penanganan darurat mengingat proses pembangunan tanggul permanan masih dalam tahap pengusulan ke pemerintah pusat.
"Untuk di Bugel dan saluran irigasi, 9 titik, sementara kami tutup dulu tanggulnya dengan penanganan darurat. Nah ini juga sudah kami usulkan untuk permanennya," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni