“Orang tua mengajarkan sikap fleksibel, sebab kalau kaku malah membuat anak - anak stres di rumah, perilaku mereka tidak terkendali dan jika direspon negatif oleh orang tua malah akan membuat konflik,” ucapnya.
Sikap fleksibel ini menurut Ari, akan membuat anak siap dalam kondisi apapun kebijakan PTM yang akan dilakukan,meski kebijakannya berubah-ubah.
Maka dosen Psikologi di Universitas Brawijaya ini menyebut, orang tua wajib memahami perasaan anak. Sebab ada potensi anak-anak yang sudah semangat, tapi ternyata mereka waktunya belajar di rumah, atau sebaliknya. Dimana seharusnya belajar di sekolah malah mereka malas untuk ke sekolah.
“Ini perlu orang tua memahami perasaan misal bilang oh lagi semangat ya ke sekolah tapi sayang kita sekarang belajar di rumah dulu ya,” imbuh alumni Universitas Indonesia ini.
Tips ketiga yang diberikannya yakni mengatur waktu dan menjalankannya dengan konsisten. Dimana Ari perlu menyarankan, orang tua membuat aturan bahwa meski anak belajar di rumah, maka perilakunya sama dengan ketika belajar di sekolah salah satunya tetap bangun pagi.
“Harus konsisten meski di rumah harus tetap bangun pagi. Jangan sampai tidak teratur, ritmenya sama konsisten, meski di rumah ya tetap pagi sehingga ritmenya terjaga,” katanya.
Editor : Miftahul Arief