Dinamakan Ancaan, kata dia, karena makanan yang dibuat oleh keluarga ahli waris sebagai syukuran atau sedekahan, diletakkan di atas rangkaian bambu yang disebut Ancak. Lalu makanan itu, dikemas dan ditutup dengan daun jati yang berjumlah kurang lebih 400 lembar, sama dengan jumlah kemasan tersebut.
“Setelah itu, didoakan oleh tokoh agama di Kadilangu, kemudian setelah selesai didoakan Ancaan tersebut kemudian dijadikan rebutan oleh masyarakat. Mereka percaya jika mendapatkan bagian dari ancaan ini kita akan mendapatkan keberkahan atas izin dan Ridho Allah SWT,” jelasnya.
Salah satu warga Kadilangu, Dewi, mengaku rela berdesak-desakan untuk mendapatkan makanan. Ia meyakini, makanan itu bisa membawa berkah. “Makanan ini, kami makan bersama keluarga. Biar kami sekeluarga diberi kesehatan oleh Allah SWT,” kata Dewi.
Selain kegiatan tersebut, tradisi Ancaan juga dimeriahkan oleh pencak silat yang dimainkan oleh pemuda setempat.
Editor : Ahmad Antoni