KEDIRI, iNewsSemarang.id - Kenangan yang tidak pernah bisa terlupakan sepanjang hidup bisa menjadi pemikul tandu sosok Panglima Besar Jendral Sudirman diungkapkan Mbah Djuwari warga Dusun Goliman, Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kediri, Jawa Timur.
Kakek dengan 13 cucu dan tiga cicit ini adalah salah satu dari empat orang pemikul tandu Jendral Sudirman saat bergerilya di tengah hutan yang masih hidup.
Panglima Besar Jenderal Sudirman bergerilya memimpin pasukan dalam perang kemerdekaan melawan Belanda dari atas tandu. Sekelompok tentara dan dokter pribadi menemani Jenderal Sudirman menembus belantara hutan Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
"Yang penting sudah pernah manggul Jenderal, Pak Dirman. Aku manggul dari Goliman hingga Bajulan, itu masuk Nganjuk," ujar Djuwari dengan bangganya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Melihat sosok Djuwari tak nampak kegagahan seperti saat memanggul tandu Jenderal Sudirman. Namun dipandang lebih dekat, baru tampak sisa-sisa kepahlawanan pemuda Djuwari.
Sorot matanya masih menyala. Menunjukkan semangat perjuangan periode awal kemerdekaan. Sang pemanggul tandu Jenderal Sudirman itu mengenakan baju putih teramat lusuh yang tidak dikancingkan.
Mata manusia dan semilir angir bebas memandang perut keriputnya yang memang kurus. Sedangkan celana pendek yang dipakai juga tak kalah lusuh dibanding baju atasan.
Dia bercerita, memanggul tandu Pak Dirman, panggilannya kepada sang jenderal, adalah kebanggaan luar biasa. Dia mengaku tugas itu merupakan pengabdian yang dilakukan dengan rasa ikhlas tanpa berharap imbalan apa pun.
"Dulu gotong tandunya gantian, Mas. Kira-kira ada orang tujuh. Yang ikut manggul dari Goliman adalah Warso Dauri (kakak kandungnya), Martoredjo (kakak kandung lain ibu) dan Djoyo dari (warga Goliman)," katanya.
Editor : Agus Riyadi