SEMARANG, iNewsSemarang.id – Perubahan iklim di Indonesia terasa memprihatinkan pascamasifnya pembangunan ekonomi sistem hilirisasi. Menurut pemerhati Lingkungan, Mahawan Karunia, Indonesia sudah menjadi negara maju sehingga perlu memperhatikan aspek lingkungan seperti Amerika dan China.
Terlebih, Indonesia yang dulu menjadi paru-paru dunia kini banyak sektor hutan yang menjadi alih fungsi. Diantaranya hutan lindung untuk ekonomi pertanian dan pembangunan pabrik bahkan Ibu Kota Negara (IKN).
"Karena banyak peralihan lahan hutan ini, maka perlu perhatian khusus buat lingkungan di Indonesia. Terlebih status Indonesia yang memperoleh bantuan untuk ingkungan sebagai status paru-paru dunia," jelas Mahawan Karunia, Jumat (1/11).
Selain itu, pengamat UI ini juga menjelaskan bahwa peran pemerintah dan swasta akan lingkungan seperti hutan kota sangat perlu.
Dia menyebutkan jumlah emisi gas yang berdampak pada efek rumah kaca saat ini sangat besar. Sehingga berdampak pada perubahan iklim karena karbondioksida tidak terurai menjadi oksigen atau O².
Sebab, jika pada era sebagai negara berkembang, Indonesia mengandalkan banyak bantuan dari negara maju untuk menjaga alam.
Sebagai negara berstatus paru-paru dunia dan saat ini menuju menjadi negara maju. Maka Indonesia memerlukan strategi baru dalam pengelolaan manajemen lingkungan ini.
"Seperti halnya yang dilakukan Djarum Foundation untuk memerhatikan alam melalui penanaman jutaan pohon dan terakhir aksinya penanaman pohon trembesi di jalan tol. Ini langkah swasta dalam program CSR yang berpengaruh lebih melalui sistem mejaga lingkungan," ujarnya.
"Sebab kebutuhan pohon untuk menyerap karbondioksida dibutuhkan banyak. Jadi butuh peran swasta. Transformasi perlu dan bahkan tidak hanya itu bahlan perlu trasformasi cepat," ujarnya.
Ia juga memaparkan, pada 2030 indeks kualitas lingkungan harus diperhatikan. Menurutnya Indonesia jangan mengedepankan persoalan ekonomi saja. Tapi upaya pembangunan juga dilakukan dengan kesejahteraan lingkungan berkelanjutan.
Program Director Bakti Lingkungan Djarum Foundation, Jemmy Chayadi menjelaskan bahwa Djarum Foundation melalui sinergi Djarum Trees For Life (DTFL) dengan mitra pengelola jalan tol untuk pengurangan emisi karbon di sektor infrastruktur.
Tercatat lebih dari 26 ribu pohon tertanam di dua ruas tol Trans Jawa dan Trans Sumatera. "Sampai saat ini DTFL ini menanam pohon trembesi sepanjang 268 kilometer dalam tol Trans Jawa dan Trans Sumatera. Ada 26 ribu lebih tertanam untuk membantu penguraian karbon dioksida pasca pembangunan tol," sebutnya.
Editor : Ahmad Antoni