SUKOHARJO, iNewsSemarang.id - Sosok Sunardi (53), tersangka teroris yang ditembak mati tim Densus 88 Antiteror Polri pada Rabu (10/3/2022) malam di Sukoharjo, mengejutkan warga setempat. SU yang sehari-hari dikenal sebagai dokter ternyata terlibat jaringan kelompok teroris.
Penetapan SU sebagai tersangka, yang sebelumnya banyak disebut media sebagai terduga teroris, telah dikonformasi pihak Mabes Polri. Saat penangkapan SU, tim Densus 88 telah mengantongi surat penetapan target sebagai tersangka tindak pidana terorisme.
"Saya luruskan semua informasinya di sini ya, bahwa SU (dokter Sunardi) itu tersangka tindak pidana terorisme, bukan lagi sebagai terduga," tegas Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, Jumat (11/3/2022) pagi.
Densus 88 Antiteror Polri terpaksa menembak SU karena melawan saat dilakukan penangkapan. Dalam insiden penangkapan terduga teroris yang terjadi pada Rabu (9/3/2022) itu, selain menewaskan tersangka teroris SU, 2 personel Densus 88 mengalami luka-luka.
Berikut ini sejumlah fakta terkait sosok SU, tersangka teroris yang tewas tertembak tim Densus 88 di Sukoharjo, dirangkum tim redaksi iNewsSemarang.id.
1. Berprofesi Dokter
Tersangka teroris berinisial SU berprofesi sebagai dokter dan membuka praktik di rumahnya di RT 03/RW 07 Kampung Bangunharjo, Kelurahan Gayam, Kabupaten Sukoharjo.
Ketua RT 03 Bangunharjo Bambang Pujiana mengatakan SU memang berprofesi sebagai dokter dan warga yang tinggal di kampung tersebut.
Dia menjelaskan SU merupakan seorang dokter yang membuka praktik di rumahnya. Hanya saja, Bambang tak mengetahui dokter apa.
"Yang saya kenal, pak SU itu seorang dokter. Tapi dokter apa saya tidak tahu. Pokoknya dokter," kata Bambang, Ketua RT setempat, yang juga Kabid Perdagangan di Pemkab Sukoharjo, Kamis (10/3/2022).
2. Alumnus Fakultas Kedokteran UNS.
Dr Sunardi merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta (UNS). Hal ini diketahui dari ucapan belasungkawa alumnus FK UNS Angkatan '89 kepada dr Sunardi yang beredar luas di media sosial.
3. Terlibat Jaringan Jamaah Islamiyah
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengungkapkan, tersangka teroris itu merupakan jaringan dari Jamaah Islamiah (JI). Sunardi merupakan seorang penasihat Amir Jamaah Islamiyah (JI), kelompok yang sudah beberapa kali terlibat dalam aksi terorisme.
Namun dari pihak keluarga membantah dugaan ini.
"Kami dari pihak keluarga tidak percaya bila almarhum ikut jaringan teroris seperti yang dituduhkan. Tuduhan itu tidak mendasar, karena jiwa sosial almarhum begitu tinggi," ujar Ustaz Endro Sudarsono setelah menerima jenazah SU di rumah duka, Kamis (10/3/2022).
Semasa hidup, ungkap dia, almarhum dikenal memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi. Bahkan semasa hidup, almarhum ikut terlibat didalam penanganan bencana alam dan membantu sesama.
4. Sosok Tertutup
Dari keterangan sejumlah warga, SU merupakan sosok tertutup dan tidak pernah bertegur sapa dengan warga sekitar. SU baru terlihat jika akan ke masjid dan langsung pulang ke rumah jika selesai beribadah.
SU memiliki empat anak dan satu istri, yang juga bekerja sebagai dokter. Dia juga membuka praktik dokter umum di sebuah klinik kesehatan di Solo.
Ketua RT setempat mengatakan, SU tidak pernah berinteraksi dengan warga sekitar. Bahkan di grup WhatsApp di mana SU tinggal, dirinya tidak memasukkannya di dalam grup RT. Dan SU bukan orang Bangun Sari.
Menurutnya, SU terkenal tertutup dengan warga sekitar, bahkan tidak pernah hadir di acara kampung, seperti kerja bakti dan rapat warga.
5. Bukan Warga Asli Sukoharjo
Menurut Ketua RT, SU dan keluarganya bukan warga asli Kelurahan Gayam, melainkan pendatang yang membeli rumah di Sukoharjo.
Selama di Sukoharjo, SU belum menyerahkan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Pendudukan (KTP) kepada RT setempat.
Namun berdasar identitas pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) tersangka, tercatat sebagai warga Gayam RT 1 RW 7 Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo.
Selain itu, alumnus Fakultas Kedokteran UNS Angkatan '89 ini berdasar identitas di KTP merupakan kelahiran Sukoharjo, tempatnya lahir pada tanggal 10 Mei 1968.
6. Penulis Buku Kedokteran
Diketahui SU seorang penulis produktif. Sebagaimana dibagikan politikus Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya di akun Twitternya TofaTofa_id, sebanyak 4 buku telah ditulis alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta (UNS) itu.
Keempat buku itu berjudul “Revolusi Ilmuwan Muslim bagi Dunia Kedokteran”, "Nabi Saja suka Buah", "Pilih Resep Nabi atau Resep Dokter?" dan "Muslimah Menyambut Buah Hati".
7. Aktivis Kemanusiaan
Tersangka diketahui tercatat sebagai aktivis kemanusiaan di lembaga Hilal Ahmar Society.
Akun Twitter @yaniarsim menyebut bahwa dokter Sunardi selalu menggratiskan pengobatan kepada pasien yang tidak mampu.
“Innalillah Pendiri Hilal Ahmar, Dokter yang menggratiskan pasiennya, selalu terdepan dalam menangani bencana, di dalam/luar negri dibunuh DENSUS 88 Berikut buku2 karya Beliau..,” tulisnya.
Hal senada juga disampaikan rekan almarhum melalui akun Facebook Wadda Umar. Dia mengaku bersama dr Sunardi pada 2009 saat jadi relawan gempa padang.
“Sungguh luar biasa beliau, sederhana, santun, dan dedikasinya untuk kemanusiaan luar biasa. Saya banyak belajar tentang pengorbanan dan pelayanan dari beliau,” katanya.
Pengamat terorisme, Makmun Rasyid, mengatakan Sunardi sebagai penanggung jawab Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI). Menurutnya HASI merupakan organisasi sayap Jamaah Islamiyah yang beroperasi besar di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Makassar,"
8. Lama Menderita Stroke
Wadda Umar ragu mengetahui alasan polisi menyebut tersangka yang tewas ditembak tim Densus 88 karena sebelumnya melawan saat hendak akan ditangkap.
"Rasanya tidak mungkin. Karena sy ketemu terakhir beliau hari sabtu kemarin saat beliau takziyah ke keluarga kami- setelah perjumpaan terakhir tahun 2009-, beliau berjalan masih memakai tongkat, tertatih-tatih. Sepertinya tidak mungkin bisa melawan,” tulisnya di akun Facebooknya. "Fakta….almarhum Sunardi sudah menderita stroke lama, butuh tongkat untukk aktifitas. Layakkah beliau dibunuh seperti itu?,” cuit akun Twitter Yuniarsim.
Editor : Sulhanudin Attar