get app
inews
Aa
Read Next : 6 Fakta Pesantren Raudlatut Thalibin Tugu, Pesantren Mahasiswa Tertua Dekat UIN Walisongo 

Menuju 1 Syawal 1443 H Serentak

Minggu, 01 Mei 2022 | 14:26 WIB
header img
Pemantauan hilal. (Foto: MNC Portal).

Penulis: Muhammad Nurkhanif, M.S.I*

SEMARANG. iNewsSemarang - Dinamika penentuan awal bulan Hijriyah memang selalu menarik untuk dikaji dan selalu ditunggu kepastiannya oleh umat muslim khususnya dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan. 

Hari raya idul Fitri 1443 H di Indonesia diprediksikan akan serentak jatuh pada tanggal 2 Mei 2022 setelah sempat ada perbedaan pada awal berpuasa. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan cara pandang metode penentuan awal bulan Hijriyyah berdasarkan teks suci al Qur’an dan Al Sunnah. 

Terdapat firman Allah Swt surat Al Baqarah ayat 185 yang secara langsung menegaskan tentang indikator kewajiban berpuasa adalah terlihatnya bulan yang dalam hal ini dimaknai dalam persepektif ilmu Astronomi Islam adalah fase hilal. Ayat tersebut adalah “Faman Syahida minkumu syahro falyasumhu," yang artinya: "Karena itu, barang siapa di antara kamu yang berhasil melihat hilal maka wajib berpuasa”. 

Selain tercantum dalam Allah Qur”an, Rasulullah SAW bersabda: “Shumuu liru'yatihi wa afthiru liru'yatihi fa-in ghubiya alaikum fa-akmiluu iddata sya'baana tsalaatsina,” yang artinya: “Berpuasalah kamu semua dengan melihat hilal (Ramadan) dan berbukalah kamu semua dengan melihat hilal (Syawal), jika terhalngi maka sempurnakan bilangan bulan sebelumnya (sya’ban) menjadi 30 hari. 

Dalam Riwayat lain disebutkan pada akhir  hadis Nabi dengan kata “ fa-in ughmiya alaikum faqduruu lahu”  yang artinya jika terhalangi maka kira-kirakanlah.

Di samping itu, keberlakuan visibilitas hilal “imkanu al rukyat” baru atau yang disebut dengan Neo-Mabims dari kriteria Mabims yang lama yang telah diputuskan untuk diterapkan oleh Kementerian Agama RI. 

Imkan Mabims terbaru mengusung tinggi hilal minimal dapat teramati pada angka 3 derajat dan jarak sudut antara Matahari- Bulan (elongasi) minimal 6,4 Derajat. Sedangkan pada ketentuan lama imkan Mabims dengan ketinggian hilal 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam setelah konjungsi.

Menurut data hasil hisab posisi hilal 1 Syawal di Indonesia sudah terlihat dan memenuhi kriteria baru Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (Neo-MABIMS). Pada 1 Mei tinggi hilal antara 4 derajat 36 menit 20 detik sampai 5 derajat 31 menit 42 detik dengan sudut elongasi tertinggi di wilayah Indonesia sekitar sampai 7 derajat 14 menit 8 detik. Kesimpulannya secara hisab, pada hari tersebut posisi hilal awal Syawal di Indonesia telah masuk dalam kriteria baru MABIMS.

Dengan demikian, 1 Syawal atau Idul Fitri 2022 kemungkinan jatuh pada 2 Mei 2022, yang membuat Pemerintah, Muhammadiyah dan NU kompak akan berlebaran pada 2 Mei 2022. 

Namun, penetapannya baru akan diumumkan setelah menggelar sidang isbat Lebaran 1 Syawal 1443 Hijriah pada Minggu, setelah proses pengamatan hilal di 99 titik pemantauan.

Perlu diketahui bahwa hisab dan rukyat tidak dapat dipisahkan, sebab keduanya saling melengkapi. Rukyat digunakan sebagai konfirmasi terhadap hisab dan kriteria yang digunakan. Kedua hal, yaitu hisab dan konfirmasi pelaksanaan rukyatul hilal akan dimusyawarahkan dalam sidang isbat untuk selanjutnya diambil keputusan awal Syawal 1443 H.

Untuk para Hakim pengambil sumpah terhadap klaim kesaksian hilal agar lebih cermat dan ketat dalam proses pengambilan sumpah keterlibatan hilal dengan cara mempertimbangkan aspek syar'I dan Astromomi. Wallahu a'lamu bi al sawah. 

*Wakil Sekretaris PC RMI PCNU Kota Semarang/ Dosen Astronomi Fakultas Syari’ah & Hukum UIN Walisongo/ Pengelola Planetarium & Observatorium UIN Walisongo/ Komisi Infokombit MUI kota Semarang

Editor : Moh.Miftahul Arief

Follow Berita iNews Semarang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut