PPSL dan PPBA dirancang dalam kerangka mempersiapkan para calon awardee dalam hal kemampuan bahasa asing, kemampuan akademik dan kemampuan untuk tetap survive menghadapi masalah-masalah hidup. Berkaitan dengan ini, tentu kita ingat teori survival of the fittest yang populer setelah diulas oleh Charles Darwin. Darwin menyatakan organisme terbaik dalam beradaptasi dengan lingkungannya adalah mereka yang paling berhasil dalam bertahan hidup.
Sebaik apapun program persiapan studi itu dirancang, semuanya akan berpulang kepada yang menjalankannya, yaitu para peserta. Waktu 3 minggu atau 3 bulan yang dijalani kadang terasa kurang, tetapi kadang dianggap sudah cukup atau efektif, jika mampu memaknainya sebagai sumber motivasi dan inspirasi. Dalam istilah pewayangan adalah kawah candradimuka mental calon-calon musafir pencari ilmu.
Sikap mental yang juga harus digodok dalam kawah candradimuka kampus persiapan adalah soal clean and clear wawasan kebangsaan dan moderasi beragama. Para calon penerima beasiswa di lingkungan Kemenag dipastikan sebagai orang yang memiliki semangat kebangsaan dan moderasi beragama yang unggul.
Dengan bahasa lain adalah profil manusia yang mencintai agama dan bangsanya dalam satu tarikan nafas, bukan pribadi yang terbelah, meminjam bahasa Gus Menteri Agama, Yaqut Cholil Qaumas sebagaimana yang sering diungkapkan.
Program Persiapan Studi menjadi melalui PPSL dan PPBA adalah bekal penting agar para calon mahasiswa studi S2 dan S3 di bawah Kementerian Agama siap secara akademik dan mental menjadi pemenang kehidupan. Pemenang kehidupan atau sang juara harus diciptakan, bukan tumbuh begitu saja layaknya pemain alam. Wallahu a'lam bi al shawab.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait