Dalam perkembangannya, untuk THR anak-anak, beberapa orang juga kerap menyelipkan uang ke dalam ketupat jembut ini. Ketupat ini pun dibagikan ke anak-anak dan mereka akan berebut untuk mendapatkannya.
Tradisi menyisipkan uang dalam kupat jembut ini dimulai sejak tahun 2000. Bukan cuma untuk memeriahkan perayaan, tapi pemberian uang ini juga dimaknai sebagai sedekah dan ungkapan syukur atas rahmat Allah Swt sekaligus untuk pelengkap ibadah puasa.
Ketupat tersebut dibagikan untuk orang dewasa dan anak-anak. Uniknya ada juga warga yang mengisi ketupat dengan uang receh. Anak-anak yang berebut pun gembira dan saling bersaing mendapatkan ketupat serta uang terbanyak.
Memang banyak versi penyebutan nama kupat tersebut. Namun, karena kampung Tanjungsari Pedurungan Tengah ini lebih religius, lebih nyaman menyebut Kupat Tauge daripada Kupat Jembut.
Tradisi unik ini tak hanya berada di Kampung Tanjungsari.
Di sejumlah titik di Kelurahan Pedurungan Tengah dan daerah sisi timur Kota Semarang juga menggelar hal serupa. (Alim)
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait