Sebagai kaum perempuan dirinya ingin memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dengan kaum laki-laki di segala sektor. Kerja sama yang dibangun dengan melakukan komunikasi di awal, sebagai wujud komitmen bersama.
"Karena perempuan ini lebih bertahan hidup daripada laki-laki. Pada saat mereka sudah lanjut usia, mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan atau mempunyai pekerjaan sehingga mereka menjadi salah satu yang miskin, la ini menjadi PR kita," ujarnya.
Tak hanya itu, Hari Kartini yang digaungkan sebagai pelopor emansipasi perempuan, kaum perempuan tidak meninggalkan dan melupakan kodratnya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.
Mbak Ita berharap, dengan berbagai aktivitas di luar rumah, tetaplah menjadi sahabat terdekat bagi keluarganya.
"Tadi saya sampaikan masih banyak pekerjaan rumah (PR) khususnya di kota Semarang, diantaranya kemiskinan, saat ini yang kemiskinan ekstrim terjadi itu pada perempuan lanjut usia," ucapnya.
Ditambahkannya, perempuan bukan sebagai kaum yang lemah dan tak berdaya. Tetapi perempuan harus mampu menjadi pelopor kemajuan dan mampu menjadi pemberi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi.
Tidak hanya di rumah tangga sendiri, tetapi bagi yang berkarir juga akan menemukan masalah di kantor. Maka, perempuan harus sigap dan memiliki sikap inovatif dalam menghadapi berbagai persoalan dan mampu menjadi pemberi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapinya.
"Kami tadi juga mengundang bu Anne yang sebagai wanita inspiratif untuk bisa bagaimana perempuan itu tangguh, tidak cengeng, kemudian bisa menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing," pungkas Mbak Ita.
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait