SEMARANG, iNewsSemarang.id - Guna menciptakan lingkungan belajar aman di sekolah, Lembaga Bantuan Hukum Rumah Pejuang Keadilan Indonesia (LBH Rupadi) dan Firma Hukum Josant And Friend's Law Firm (Jafli) terjun ke SMP Maria Goretti, Semarang untuk mengampanyekan stop bulying dan cegah bahaya revenege porn serta kekerasan seksual di lingkungan sekolah.
Upaya kampanye tersebut dilakukan dengan cara paparan materi, tanya jawab, permainan dan bagi hadiah. Acara itu sendiri diikuti 373 pelajar dari sekolah tersebut. Adapun sebelumnya kedua lembaga itu juga telah mengadakan kegiatan serupa di SMA Negeri 1 Moga, Pemalang.
"Sebagai lembaga dan firma hukum yang ada di Jawa Tengah kami merasa terpanggil untuk kampanyekan bahaya bulying, bahaya revenge porn dan kekerasan seksual khususnya di lingkungan sekolah, karena kita harus bersama ciptakan sekolah aman. Sebab, hal tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembang anak di masyarakat nantinya," kata Direktur DPN LBH Rupadi, Dr (Hc) Joko Susanto, yang hadir memberikan materi pertama di Aula SMP Maria Goretti, Semarang, Senin (11/12/2023).
Menurutnya, menciptakan sekolah aman bukan hanya tanggung jawab sekolah dan kementerian pendidikan saja, melainkan juga membutuhkan perhatian dari keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Ia menyebut, lingkungan sekokah yang nyaman dan sehat memainkan peran penting dalam perkembangan anak. Karena ketika anak berada di sekolah, faktor-faktor seperti suasana yang kondusif, kebersihan, dan kenyamanan fisik dapat berdampak pada kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
"Untuk itulah kampanye ini kami lakukan sebagai bentuk upaya penghapusan intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual khususnya di lingkungan sekolah. Kami juga sekaligus memberikan penguatan pendidikan karakter dan ancaman dari sisi hukumnya," ujar Joko, yang juga pendiri Jafli.
Joko mengungkapkan, dengan mengadakan kampanye anti-bullying, bahaya revenge porn dan kekerasan seksual secara teratur dapat meningkatkan kesadaran dan mengedukasi pelajar tentang pentingnya menghormati satu sama lain dan menjaga diri agar tidak sampai terjerumus sehingga dapat terhindar dengan status anak berhadapan dengan hukum.
"Bullying, revenge porn dan kekerasan seksual, memang masih menjadi sebuah fenomena yang masih menghantui dunia pendidikan dan tindakan itu ada ancaman pidananya, apalagi sampai saat ini sudah menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Karena tidak hanya merugikan korban secara emosional dan psikologis, tetapi juga mengganggu proses belajar-mengajar di sekolah," jelasnya.
Kepala SMP Maria Goretti, Semarang, Veronica Retno Yuliani, SPd, melalui Kordinator Guru Bimbingan Konseling, Yosephine Utiek Kus Indrawati, SPd, menyambut baik agenda itu. Ia mengatakan dengan adanya kegiatan itu tentu akan dapat membantu mengubah paradigma dan menciptakan sekolah tanpa bullying dan kekerasan seksual di mana setiap pelajar akan merasa aman, dihargai, dan didukung untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kegiatan itu sendiri diikuti oleh 373 pelajar di kelas 7 sampai 9 tingkat SMP. Dengan tim pengajar yang dihadirkan lima orang dari dua lembaga tersebut, ada Dr (Hc) Joko Susanto, Irawan, M. Yudhi Rizqi Imanuddin, Rinanda Asrian Ilmanta, dan Faza Taqyudin Muzakki.
"Kegiatan ini kami berikan sebagai bentuk peran aktif kami untuk pencegahan dengan cara kolaborasi pihak luar, tujuannya mengajarkan para pelajar untuk memahami perasaan orang lain dan menghargai keberagaman serta mengetahui aspek dan ancaman hukum terkait materi yang disampaikan," imbuh Yosephine Utiek Kus Indrawati, SPd.
Dengan begitu, lanjutnya, para pelajar nanti bisa menyadari perlunya menghormati perbedaan budaya, agama, dan latar belakang sosial, sehingga dapat membuka pikiran para pelajar supaya lebih mampu berempati dan memahami perspektif orang lain, serta memahami kalau ada tindak pidana yang harus diwaspadai dan dihindari terkait tindakan sebagaimana materi yang diajarkan.
Pihaknya memastikan akan terus menciptakan, sekolah yang aman, nyaman dan disiplin. Dengan begitu seluruh warga sekolahnya terbebas dari rasa takut, intimidasi, kekerasan seksual dan perundungan sehingga tercipta suasana kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya terjalin positif.
"Kegiatan ini kami harapkan dapat mendorong para pelajar untuk menjadi pelopor perubahan positif dan mendukung upaya mewujudkan sekolah tanpa bullying, dan bebas dari kekerasan seksual, serta para pelajar memahami aspek dan tahu ada ancaman hukuman kalau melakukan tindakan itu," pungkasnya.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait