Produknya ini dikemas dengan berbagai ukuran lima kilogram sesuai dengan pesanan konsumen. Awalnya, penjualan dilakukan ke warung-warung milik tetangganya saja, hingga akhirnya dipesan sebanyak sepuluh kilogram oleh warga yang menggelar hajatan.
"Dari situ saya mempertanyakan ingin mengembangkan usaha nenek pelan-pelan, akhirnya per hari 5 kilogram, sekarang alhamdulillah 2,5 kwintal per hari produksi kerupuk beras," ungkap dia.
Respons positif warga terhadap produk buatannya berimbas positif terhadap penghasilan yang didapatkannya. Bahkan, pesanan kini tak hanya berasal dari Mojokerto saja, namun juga datang dari daerah lain seperti Jombang, Lamongan, Malang dan Sidoarjo.
"Selama ini, alhamdulillah di Mojokerto ada di Malang ada Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Lamongan sudah ada. Rata-rata Mojokerto sendiri paling banyak per bulan bisa 1.000 bal, satu bal dikemas dengan 5 kg," ungkap dia.
Terdapat hingga 1.000 kemasan yang dijual Nur ke pasaran dengan harga masing-masing Rp65.000 per bungkus. Dari hasil tersebut, dia pun meraih omzet sampai dengan Rp36 juta dalam satu bulan.
Kini, usaha yang sebelumnya dikelola secara keluarga mulai berubah dengan lebih profesional, di mana seluruh pembukuan sudah tercatat dengan baik. Dia juga tenga memproses perizinan usaha P-IRT dari Disperindag Mojokerto, sertifikat halal dan pengajuan merek.
"Pertama total ke kuliah dan bisa membantu sekolahkan adik," ungkapnya senang.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait