Dia menjelaskan, stigma bahwa lulusan SMK sebagai kontributor pengangguran terbesar berdasarkan data statistik ketenagakerjaan 10 tahun terakhir memang benar, namun jika disandingkan dengan data jumlah Gen Z yang menganggur pada rentang usia 15-24 tahun sebesar 16,42 persen, menunjukkan bahwa mereka adalah angkatan kerja dengan kemungkinan lulusan SMP hingga lulusan sarjana, yang secara statistik memang populasi pendidikan menengah SMA/SMK adalah terbesar proporsinya.
“Hal ini juga membuktikan program wajib belajar 12 tahun pemerintah cukup berhasil menurunkan angka putus sekolah khususnya di tingkat dasar hingga menengah,” katanya di Jakarta, Selasa (25/6/2024).
Farkhan juga menjelaskan, jumlah peserta didik dan lulusan SMA sedikit lebih banyak ketimbang SMK, namun sebagian besar lulusan SMA terserap di perguruan tinggi dan sisanya masuk ke pasar kerja.
“Renstra Direktorat Jenderal Vokasi 2020 – 2024 menyebutkan bahwa proporsi melanjutkan pendidikan tinggi bagi lulusan SMK masih sangat rendah jika dibandingkan dengan lulusan SMA,” ujar anggota Forum Pengarah Vokasi Kemendikbudristek ini.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait