Pasar yang digelar setiap Minggu Pahing mulai pukul 06.00 hingga 09.00 WIB ini langsung menarik minat warga. Sejak pagi, pengunjung berdatangan dan dalam waktu singkat seluruh dagangan ludes terjual. Antusiasme tersebut menjadi bukti bahwa warisan budaya masih hidup di hati masyarakat Kartasura.
Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono mengapresiasi semangat warga dalam mengangkat potensi lokal.
“Kegiatan ini tidak sekadar pasar, tetapi juga sarana membangun kesadaran akan pentingnya mencintai budaya sendiri. Harapan kami, Pasar Tempo Doeloe dapat tumbuh menjadi destinasi wisata budaya yang memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Prof Toto Suharto menegaskan bahwa pelestarian budaya adalah bagian dari menjaga jati diri bangsa.
“Warisan seperti ini adalah sumber kebijaksanaan yang harus dirawat. Dari makanan sederhana hingga benda antik, semuanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur,” ujarnya.
Bagi para pelaku UMKM dan pedagang kecil, kehadiran Pasar Tempo Doeloe menjadi berkah tersendiri.
Nugi Dirodo, pedagang barang antik, menuturkan bahwa kegiatan ini bukan hanya tempat berjualan, tetapi juga wadah berbagi cerita dan memperkenalkan warisan leluhur kepada generasi muda.
Dengan sambutan hangat masyarakat dan dukungan pemerintah setempat, Pasar Tempo Doeloe Gunung Kunci dipandang sebagai titik awal kebangkitan ekonomi berbasis budaya.
Lebih dari sekadar tempat berbelanja, pasar ini menjadi jembatan antara sejarah, rasa, dan identitas menegaskan bahwa nilai-nilai Jawa akan selalu hidup di tengah perubahan zaman.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait