Di dalam terdapat beberapa kaligrafi usang yang dipasang setiap sisi dalam dinding masjid tersebut. Sementara untuk lantai terbuat dari bilah bambu yang ditutupi karpet warna hijau.
Kini masjid tersebut dijaga dan dirawat oleh Manto Suwitnyo, yang juga pemilik lahan pekarangan tempat masjid tersebut berdiri. Manto mengaku dirinya adalah generasi ketujuh dari penjaga masjid tersebut.
Meski mengklaim sebagai generasi ketujuh, namun dia mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan masjid tersebut dibangun. "Hingga saat ini kami tidak mengetahui siapa yang membangun masjid ini," kata dia.
Namun berdasarkan cerita yang dia peroleh, masjid tersebut awalnya tidak ada di pekarangan belakang rumahnya. Masjid tersebut awalnya berada di puncak Gunung Gambar, sebuah gunung kecil yang berada di belakang rumah Manto. karena keadaan tertentu masjid tersebut terlempar ke Dusun Jurang Jero dan jatuh ke belakang rumahnya.
Karena itulah, kini banyak warga dari luar Ngawen bahkan luar daerah yang sengaja datang ke Jurang Jero untuk sholat di Masjid Tiban itu. Karena konon katanya, jika sholat di masjid ini maka hajadnya bakal terkabul. Dan hingga saat ini, ada pejabat ataupun seseorang yang ingin memiliki jabatan datang ke masjid tersebut agar hajatnya terkabul.
Hingga kini, masyarakat masih tetap berupaya melestarikan keberadaan masjid tiban di dusun Jurang Jero ini. Setiap ada kerusakan, warga berupaya memperbaikinya dengan cara bergotong royong.
Mereka bakal berupaya memperbaiki dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya. Warga juga tidak ingin mengubah bentuknya agar kesakralannya tetap terjaga.
Editor : Ahmad Antoni