"Di perbatasan Kaloran sudah kita terima bersama forkopimda, dan di sana juga ada kegiatan seremonial, dan setelah itu, mereka berjalan kaki. Setiap lima kilometer, mereka berhenti untuk istirahat, karena kondisi setiap biksu bervariasi. Ada yang sudah tua dan ada juga yang masih muda," katanya dikutip dari Antara, Rabu (22/5).
Titik istirahat rombongan bhiksu berada di Desa Bengkal. Sebelumnya, panitia dan kepala desa, serta takmir masjid sudah melakukan kesepakatan untuk tempat singgah rombongan dipusatkan di kawasan masjid. Meskipun demikian, rombongan bhiksu hanya singgah di serambi masjid, bukan di dalam masjid untuk beristirahat sejenak.
"Di dalam istirahat bersama itulah, ada saling komunikasi antara takmir masjid dan para bhiksu untuk mendoakan, agar masyarakat Desa Bengkal ini menjadi masyarakat yang sejahtera, makmur, dihindarkan dari malapetaka dan sebagainya," katanya.
Jadi kegiatan yang terjadi, sifatnya hanya mendoakan, karena rombongan Bhiksu Thudong merasa disambut dengan penuh kehangatan oleh takmir masjid dan masyarakat, juga jauh dari proses ritual umat agama Buddha.
Begitu pula sebaliknya, dari takmir masjid pun juga turut mendoakan rombongan bhiksu agar dalam perjalanannya senantiasa diberi kelancaran, kesehatan dan keselamatan.
"Tidak ada ritual-ritual keagamaan. Setelah selesai semuanya, mereka hanya minum saja, terus mereka berjalan melanjutkan perjalanannya ke Kabupaten Magelang," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni