Selain itu ada juga majelis ilmu di Masjid Nabawi, pengajarnya adalah orang Indonesia. Menurut Nasir kehadiran mereka ternyata mampu menjadi duta dalam mengampanyekan bahasa Indonesia di kota Madinah.
“Mereka layak dikatakan duta karena berhasil menarik para pedagang-pedagang di sekitar Masjid Nabawi untuk belajar bahasa Indonesia,” tukas Nasir.
Dia menggambarkan ketika jamaah menuju atau pulang dari Masjid Nabawi, beberapa penjaga toko menyapa menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun penggunaan kosa kata dan ungkapannya singkat, sekadar mengajak kita singgah di toko tersebut.
“Dialog sederhana itu, seperti murah-murah, mari lihat dulu, barang bagus, model baru, ada diskon, dan lihat gratis ambil bayar,” lanjut Nasir mencontohkan.
Menurutnya, ketika memasuki toko-toko tersebut, meskipun bisa sedikit berbahasa Arab, mereka akan memilih menjawab dan menggunakan bahasa Indonesia.
“Misalnya ini harganya sekian riyal, boleh kurang, harga murah, oh tidak bisa, terima kasih; dan tentu saja nama-nama barang yang mereka jual serta angka-angka dan perhitungan dalam bahasa Indonesia,” ujarnya.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait