SEMARANG, iNewsSemarang.id - Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama Penasehat DWP BKKBN Dr Reni Hasto Wardoyo melakukan demo masak menu stunting dari buku resep Megawati Soekarnoputri di Balai Diponegoro Semarang, Jumat (28/6).
Gerakan Kembali ke Meja Makan yang digaungkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan diimplementasikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, kampanye gerakan kembali ke meja makan ini memiliki banyak manfaat.
"Seperti yang disampaikan Kepala BKKBN, gerakan kembali ke meja makan ini untuk membuka komunikasi antara orang tua dan anak-anaknya sekaligus mensosialisasikan sarapan bergizi kepada masyarakat," ujar Mbak Ita, sapaannya seusai kegiatan Gerakan Kembali ke Meja Makan (Sarapan Bergizi Keluarga) dalam peringatan Harganas di Balai Diponegoro, Kota Semarang, Jumat (28/6).
Mbak Ita menyebut, salah satu cara untuk mengimplementasikan kampanye kembali ke meja makan ini adalah dengan melibatkan ibu-ibu PKK.
Menurutnya, kegiatan PKK Kota Semarang saat ini mulai masif dilakukan, salah satunya dengan menggelar Gebyar 10 Program PKK. Bahkan, setiap minggunya Gebyar PKK ini berjalan di kecamatan-kecamatan.
"PKK Kota Semarang saat ini sudah mulai melakukan banyak kegiatan, seperti Gebyar 10 Program PKK yang di dalamnya ada lomba masak, menghias dan mengimplementasikan 10 program PKK. Kami akan selipkan juga kampanye gerakan kembali ke meja makan yang digaungkan BKKBN," imbuhnya.
Eksekusi gerakan ini, lanjutnya, akan sampai ke lini terbawah hingga tingkat Rukun Tetangga (RT) dan tataran paling bawah.
"Dari PKK itu, kami akan ajak ibu-ibu untuk memasak, yang otomatis makanan yang disajikan di meja makan akan disantap bersama keluarga," imbuhnya.
Dirinya menyadari, implementasi gerakan kembali ke meja makan butuh kesadaran masyarakat untuk bergerak. "Memang tidak bisa setiap waktu makan bersama. Tetapi bisa quality time, mungkin seminggu dua kali. Seperti saya, suami dan anak saya memiliki profesi berbeda-beda tetapi kami berusaha seminggu dua kali," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Mbak Ita juga mempraktikkan kemampuannya memasak menggunakan resep dari Buku Resep Megawati Soekarnoputri untuk ibu hamil dan anak baduta stunting.
Mbak Ita melakukan demo masak bersama Penasehat DWP BKKBN, Dr Reni Hasto Wardoyo, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Sinta Nana Sudjana dan Ketua Persit Chandra Kirana Daerah IV/Diponegoro, Sandy Deddy Suryadi.
Ada empat menu yang dimasak yakni Bubur Pelangi, Bubur Kentang Ikan Mujair, Bubur Ubi Ungu dan Semur Ayam.
"Bersama ibu-ibu tadi memasak menu resep Ibu Megawati, resep untuk ibu hamil dan anak untuk Baduta Stunting yang untuk umur 6-8 bulan, 9-11 bulan, 12-24 bulan dan untuk ibu hamil. Tentunya selain bergizi juga harganya murah," ujarnya.
Seperti diketahui, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengkampanyekan gerakan kembali ke meja makan. Kampanye tersebut masuk dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 di Kota Semarang selama sepekan mulai 23-29 Juni 2024.
Kepala BKKBN, dr Hasto Wardoyo mengajak orang tua untuk kembali menggaungkan Sarapan Bergizi Keluarga melalui Gerakan Kembali ke Meja Makan.
“Kegiatan pagi hari ini adalah kegiatan kembali ke meja makan, manfaatnya banyak sekali. Hari ini, orang tua sering kehilangan waktu dan kehilangan cara, bahkan kita sering kehabisan kosa kata untuk bisa bicara dengan anak-anaknya,” kata Hasto, di Gedung Balai Diponegoro, Kota Semarang, Jumat (28/6).
Ketika anak bertumbuh dewasa, banyak dari mereka yang mulai hidup sendiri-sendiri dengan caranya sendiri sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan orang tua.
“Salah satu caranya adalah kembali ke meja makan, kemudian kita bisa bertemu dan berbagi di situ. Manfaat yang ada di meja makan cukup besar, salah satunya bisa untuk curhat. Dan kalau kita ingin menasihati anak pun sebetulnya bisa dengan perasaan di meja makan, itu juga bagus,” tambah Hasto.
Saat duduk bersama di meja makan, orang tua juga bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk sosialisasi gizi kepada anak.
Misalnya, orang tua dapat menerangkan tentang apa saja yang dimakan dan bagaimana makanan itu memberi manfaat pada tubuh dengan bahasa sederhana.
“Manfaat untuk sosialisasi gizi seimbang, mencegah stunting, saya kira itu bisa dilakukan,” ucap Hasto.
Sementara itu, Pj. Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana menyampaikan hal senada. Menurutnya, gerakan sarapan bergizi adalah salah satu contoh upaya untuk menurunkan atau mengentaskan masalah stunting.
“Gerakan kembali ke meja makan ini sangat baik, makanya kami harapkan masyarakat di Jawa Tengah untuk tidak terlalu menyibukkan diri hingga lupa dengan keluarga kita,” ujar Nana.
Dia merasa perlu ada waktu berkualitas atau quality time yang dihabiskan bersama dalam keluarga. Tujuannya, tak lain untuk memberikan perhatian pada buah hati.
Nana menambahkan, keluarga bahagia memiliki keterkaitan dengan pembangunan karakter bangsa. “Dengan keluarga yang berbahagia, bangsa ini akan memiliki karakter dan menjadi kuat dan maju,” ujar Nana.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait