5. Proses terjadinya hujan
Hujan bukanlah fenomena asing, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Proses terjadinya hujan melalui beberapa tahap yaitu adanya proses evaporasi, dimana air yang berada di bumi (laut, danau, sungai serta badan air lainnya) menguap karena panas matahari lalu menghasilkan uap-uap air. Uap-uap air terangkat ke udara dan mengalami proses kondensasi. Dalam proses kondensasi, uap-uap air berubah menjadi embun yang diakibatkan oleh suhu di sekitar uap air lebih rendah daripada titik embun air. Suhu udara yang semakin tinggi membuat titik-titik dari embun semakin banyak dan memadat lalu membentuk menjadi awan. Angin menggerakan awan yang membawa butir-butir air menuju tempat dengan suhu yang lebih rendah. Awan-awan yang terkumpul bergabung menjadi awan besar yang berwarna kelabu (proses ini dinamakan koalesensi). Butiran-butiran air jatuh ke bumi turunlah hujan.
Teori proses terjadinya hujan ini ditemukan pada tahun 1580-an masehi oleh Bernard Palissay (868 tahun setelah Rasulullah wafat (632M)). Temuan teori ini telah dijelaskan dalam Al-Qurán pada Surah Al-Rum ayat 48 yang artinya “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira”.
Masih banyak temuan-temuan ilmiah yang perlu kita kaji di dalam Al-Qur,an. Al-Qurán mengandung informasi yang baru terungkap kebenarannya setelah berabad-abad seiring dengan kemajuan teknologi. Al-Qur’an sebagai basis ilmu sains, fenomena-fenomena alam yang terjadi tentu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an baik secarat jelas dan tersirat. Manusia sebagai makhluk Allah harus menggunakan akal pikirannya untuk selalu bertafakur terhadap alam semesta sebagai ciptaan Allah. Sains adalah upaya memahami perilaku alam dan membingkainya menjadi bagan berpikir yang logis. Sains telah banyak menguak tabir-tabir misteri di alam ini.
Wallahu a'lam.
*Penulis adalah Dosen Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.
Serial artikel Sains Ramadhan merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait