JAKARTA,iNewsSemarang.id - KH Said Aqil Siradj adalah salah satu tokoh muslim di Indonesia yang punya peran besar dalam menjaga keutuhan NKRI. Selama kepemimpinannya PBNU dua periode pada 2010-2015 dan 2015-2020, ada sejumlah gagasan yang dicetuskan untuk kemaslahatan ummat.
Salah satu pemikirannya adalah Islam Nusantara. Islam Nusantara bukan sekte atau ajaran baru, tapi bagaimana memposisikan Islam tdak menjadi bahan komoditas perdagangan dan bisnis. Apalagi sampa melakukan perusakan dengan tindakan pemboman yang mengatasnamakan agama.
“Agama itu bukan untuk Allah, tapi untuk kita (manusia). Semua aturan dalam agama adalah untuk membangun kehidupan yang berbudaya, beradab, bergengsi, berkarya, dan bermartabat,” kata KH Said Aqil dikutip dari NU Online, Rabu (5/10/2022).
Fenomena gerakan radikalisme atas nama agama, menurutnya adalah bentuk kedzaliman yang sangat parah. NU kemudian mengembangkan Islam Nusantara, agar menjadi benteng, menjadi Islam yang beradab dan berbudaya, khususnya dalam menjaga NKRI.
“Itu lebih pada tipologi, ciri khas Islam di Indonesia yang melebur dengan budaya setempat. Adapun polanya mengacu pada pola dakwah Walisongo dan bukan budaya buruk yang bersifat kemaksiatan,” ujarnya.
Latar Belakang dan Pendidikan KH Said Aqil Siradj
KH Said Aqil memiliki latar belakang pendidikan yang sangat mumpuni. Dia lahir pada 03 Juli 1953 di Cirebon, Jawa Barat. Ia anak seorang pengasuh Pesantren Kempek yakni KH Aqil Siroj. Lahir dan tumbuh di lingkungan pesantren membuat Said Aqil Siradj lekat dengan ajaran dan ilmu Islam.
Hal ini juga didukung dengan pendidikan akademis yang ditempuhnya. Ia menghabiskan masa remajanya dengan belajar di Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur.
Ia pun sempat berkuliah di Universitas Tribakti yang letaknya tak jauh dari Pesantren Lirboyo. Setelah itu, ia kembali ‘nyantri’ di Pesantren Al-Munawwir yang ada di Yogyakarta demi belajar dari KH Ali Maksum. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di IAIN Sunan Kalijaga yang kini bernama UIN.
Editor : Maulana Salman