Oleh karena itu, join nomination adalah salah satu cara yang saat ini mempercepat proses enskrispi warisan budaya tak benda ke UNESCO," ujarnya.
Sandiaga kembali menjelaskan, salah satu berkas aktif warisan budaya tak benda Indonesia yang saat ini tengah dalam proses pendaftaran yakni Jamu. Sementara, tiga berkas warisan budaya tak benda lainnya yang akan didaftarkan yakni Reog, Tenun dan Tempe.
Hal inilah yang menurutnya harus menjadi concern masyarakat Indonesia, apa saja warisan budaya tak benda tersebut yang seharusnya didahulukan untuk didaftarkan ke UNESCO. Mengingat, proses tersebut juga cukup memakan waktu yang lama.
“Sementara, dari tiga berkas nonaktif yang sudah digodok yaitu reog ponorogo, tenun dan tempe. Ini membutuhkan dua tahun sebelum diakui oleh UNESCO. Jika kebaya diusulkan sebagai single nomination, kebaya bisa diajukan di cycle 2024, namun tentunya kita harus memikirkan apakah kita akan mendahulukan kebaya, sebelum reog ponorogo, tenun dan tempe," ujar dia.
Sandiaga menambahkan, jika Indonesia tetap berupaya melakukan pendaftaran warisan budaya tak benda ke UNESCO melalui jalur single nomination, Indonesia hanya memiliki kuota satu budaya dalam jangka waktu 2 tahun sekali. Sementara, join nomination dapat diajukan oleh dua negara atau lebih secara bersama-sama setiap setahun sekali.
"Namun, karena telah diputuskan, oleh karena itu KemenkoPMK, dan juga Komisi X, maka kita akan mendorong dan menguatkan keputusan single nomination," kata Sandiaga. (mg arif)
Editor : Maulana Salman