APBN Jadi Pilar Pertumbuhan Jawa Tengah di Tengah Gejolak Global

SEMARANG, iNewsSemarang.id - Meski dihadapkan pada dinamika global yang penuh ketidakpastian, perekonomian Jawa Tengah berhasil menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan positif sepanjang Triwulan I 2025.
Di balik capaian ini, peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbukti vital sebagai instrumen fiskal yang adaptif—menopang pembangunan infrastruktur, memperluas kesempatan kerja, serta menjaga daya beli masyarakat di tengah tekanan eksternal.
Perkembangan Perekonomian Regional
Optimisme ekonomi terus menyala di Jawa Tengah. Memasuki Triwulan I 2025, perekonomian provinsi ini tumbuh solid sebesar 4,96% (yoy), mencerminkan fondasi ekonomi daerah yang semakin kokoh meski di tengah tantangan global dan nasional.
Stabilitas harga pun tetap terjaga dengan baik. Inflasi per April 2025 tercatat rendah di angka 1,94% (yoy), menandakan upaya pengendalian harga yang berjalan efektif. Sementara itu, kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi masih baik, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai level optimis 111,6.
Di sektor riil, khususnya pertanian dan perikanan, daya beli masyarakat relatif stabil. Meski Nilai Tukar Petani (NTP) berada di level 112,72 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) sedikit menurun ke angka 99,28, namun keduanya tetap mencerminkan ketahanan konsumsi rumah tangga. Dengan tren yang baik ini, Pemerintah tetap optimis dapat melanjutkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, merata, dan berkelanjutan di berbagai sektor strategis.
Perkembangan Kinerja Fiskal Regional
APBN terus menjadi motor penggerak pembangunan di Jawa Tengah. Hingga April 2025, kinerja APBN menunjukkan capaian yang solid dan memberikan sinyal positif terhadap ketahanan fiskal di daerah.
Penerimaan negara tercatat sebesar Rp35,35 triliun atau 27,31% dari target, sementara belanja negara telah terealisasi Rp33,23 triliun atau 31,21% dari pagu. Surplus APBN sebesar Rp2,13 triliun menjadi cerminan pengelolaan fiskal yang sehat dan adaptif, membuka ruang lebih luas untuk merespons dinamika ekonomi ke depan.
Kontribusi penerimaan didukung oleh penerimaan perpajakan sebesar Rp14,24 triliun (24,34%), bea dan cukai sebesar Rp18,65 triliun (28,57%), serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tumbuh positif hingga mencapai Rp2,45 triliun (43,09%).
Editor : Ahmad Antoni