get app
inews
Aa Read Next : Menag Yaqut: UIN Walisongo Semarang Harus Menyiapkan Aktor Perubahan

Sains Ramadhan: Pelajaran Puasa dari Ikan Sidat, Tempuh 2 Ribu Kilometer Demi Buahi Telurnya

Minggu, 17 April 2022 | 13:35 WIB
header img
ikan sidat. (foto: world atlas)

SEMARANG. iNewsSemarang.id - Sesungguhnya makhluk ciptaan Allah di Bumi memiliki kelebihan masing-masing, salah satunya adalah ikan sidat atau yang dikenal dengan nama lokal ikan Pelus. Ikan ini dapat bermigrasi menempuh jarak lebih dari 2.000 km agar telurnya bisa dibuahi.

Di Indonesia bisa ditemukan 7 jenis Ikan Sidat dari 18 jenis yang ada di dunia, yaitu Sidat yang bersirip dorsal pendek (Anguilla bicolor dan Anguilla bicolor pacifica), dan 5 spesies Sidat dorsal panjang (Anguilla borneensis, Anguilla marmorata, Anguilla celebensis, Anguilla megastoma dan Anguilla interioris).  Namun yang populer dan punya potensi besar untuk dikembangkan mempunyai ada 2 jenis,yaitu Anguilla bicolor dan Anguilla marmorata.

Ikan sidat merupakan ikan yang mampu hidup di air laut dan air tawar dalam fase hidupnya sehingga disebut hewan katadromous. Ikan ini mempunyai daur hidup yang kompleks karena fase pertumbuhan hidup di perairan tawar dan setelah mencapai dewasa melakukan migrasi dari perairan tawar menuju perairan laut untuk bereproduksi dengan tujuan untuk melestarikan keturunannya (Lucas & Baras, 2001).

Pola hidup Ikan Sidat
Pola hidup ikan sidat dimulai dari menetas dari telur induknya di laut, ikan ini tumbuh menjadi larva lalu hijrah berenang menuju ke air tawar. Fase dewasa ikan sidat harus hijrah kembali ke laut untuk memijah atau melepaskan telur dan sperma untuk pembuahan, dan ia hanya memiliki kemampuan untuk sekali saja memijah selama masa hidupnya. 

Memijah untuk menghasilkan keturunan merupakan proses yang sangat panjang dan berat bagi ikan sidat. Ia harus berani meninggalkan laut, dan hijrah ke air tawar untuk mengumpulkan energi berupa protein, lipid, karbohidrat dan lain lain selama lebih dari 5 tahun fase hidup air tawarnya. 

Pada fase dewasa ikan sidat, untuk dapat menghasilkan telur yang berkualitas, sidat betina harus kembali melakukan hijrah dari air tawar ke air laut, dengan menempuh jarak lebih dari 2.000 km agar telurnya bisa dibuahi. Sebuah perjalanan yang tidak terkira sulitnya, dan mengancam hidup sidat itu sendiri. Perubahan kadar garam, pemangsa, suhu, kandungan oksigen, merupakan sedikit dari banyaknya tantangan yang ada.

Untuk dapat berhijrah yang sedemikian berat itu, ikan Sidat menghadapinya dengan berpuasa, menghentikan kegiatan makan, mengistirahatkan organ pencernaannya, serta menyusutkan ukuran lambungnya. Sidat juga harus merubah struktur matanya sehingga lebih peka terhadap lingkungan, dan bisa memandang dalam jangkauan yang jauh lebih luas. 

Dalam perjalanan 2000 km itu, sidat hanya akan mengurai dan mengorbankan otot tubuhnya untuk digunakan sebagai sumber energi. Konon setelah mampu menempuh 2000 km itu, tubuh sidat tinggal tersisa tulang, sedikit masa otot dan telur-telur dewasa yang siap untuk dibuahi. 

Puasa dan pengorbanan dari ikan sidat dilakukan demi menghasilkan insan-insan baru sidat yg siap untuk membangun peradaban dan menghadapi kerasnya tantangan kehidupan

Mengambil Ibrah dari puasa ikan sidat

Melalui ibadah puasa selama kurang lebih 30 hari di bulan ramadhan, hendaknya kita bisa mengambil ibroh dari puasa dan pengorbanan ikan sidat :

1. Ikan sidat mengumpulkan energi dulu di air tawar sebai bekal sebelum hijrah dan berjuang ke air laut. 

Pada konteks ini kita dapat mengambil ibrah bahwa dalam mengisi bulan ramadhan ada 3 bekal yang disiapkan, yaitu Pertama Persiapan Nafsiyah (kejiwaan), maksudnya menyambut bulan suci Ramadhan dengan hati yang gembira. Kesiapan hati ini sangat penting dan hendaknya kita berniat bersungguh-sungguh mengisi Ramadhan dengan ibadah dan amal saleh. Ciptakanlah suasana hati yang nyaman, dan bergembiralah menyambut datangnya Ramadhan. 

Kedua Persiapan Fikriyah (ilmu), disebut juga Aqliyah atau akal. Umat Islam harus menyiapkan wawasan keilmuannya seperti setiap muslim wajib mempelajari ilmu fiqih tentang puasa atau ilmu yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan. Dengan mengetahui ilmunya, maka ibadah puasa Ramadhan akan lebih berkualitas dan bernilai di sisi Allah. 

Ketiga, Persiapan Jasadiyah (fisik) Selain hati dan ilmu, persiapan fisik juga tak kalah pentingnya. Apalagi aktivitas di bulan Ramadhan butuh kekuatan fisik yang prima. Dengan fisik yang kuat, umat muslim dapat menjalankan amaliyah Ramadhan seperti puasa, Qiyamullail (sholat tarawih), tadarus Al-Qur'an dan amal saleh lainnya.

2. Saat berhijrah ikan sidat menghentikan kegiatan makan, mengistirahatkan organ pencernaannya, serta menyusutkan ukuran lambungnya. Sidat juga harus merubah struktur matanya sehingga lebih peka terhadap lingkungan, dan bisa memandang dalam jangkauan yang jauh lebih luas.

Pada konteks ini, kita dapat mengambil ibroh bahwa Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai matahari terbenam. 

Jika kita renungi dan pahami betul-betul esensi dari rukun puasa ini, maka kita akan menemukan hikmah agung dari ibadah puasa. Menahan lapar dan dahaga merupakan cara efektif sebagai langkah awal menuju hakikat takwa. 

Puasa berkualitas dapat ditempuh dengan upaya menjaga anggota badan dari dosa. Puasa berkualitas oleh Imam Al-Ghazali disebut sebagai shawmul khushush. Puasa berkualitas ini merupakan puasa orang-orang saleh terdahulu. Puasa berkualitas dapat ditempuh bukan sekadar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga yang mendera. Puasa yang berkualitas dapat dicapai dengan menahan diri dari segala larangan-larangan agama.

Melalui puasa kita bisa mengistirahatkan organ pencernaan. Saluran pencernaan manusia terdiri dari beberapa organ penting yang biasanya bekerja hingga 18 jam dalam sehari. Organ-organ tersebut termasuk mulut, esofagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir di anus. 

Tidak seperti organ lain yang dapat berhenti bekerja saat sedang tidur, saluran pencernaan khususnya lambung, tidak pernah berhenti bekerja untuk memproses makanan yang kamu makan tiga kali dalam sehari. Saat puasa kita bisa membuat sistem pencernaan beristirahat, energi tubuh menjadi lebih terarah untuk proses perbaikan sel-sel dan sistem jaringan yang rusak.

Melalui puasa pula kita diajarkan untuk peka dan solidaritas secara sosial. Puasa mendidik seorang hamba untuk memiliki empati. 

Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya mendorong seseorang agar mau bersedekah dengan memberi makanan atau minuman kepada sesama Muslim untuk berbuka puasa. Pahala yang diperoleh pun tidak tanggung-tanggung, yaitu mendapat nilai sepadan dengan orang yang melaksanakan puasa. Ini merupakan bukti bahwa dalam ibadah puasa terdapat solidaritas sosial yang tinggi.

Semoga kita semua bisa melalui Ramadhan ini dengan semaksimal mungkin serta mampu menjadikan puasa yang kita jalani sebagai pijakan awal dalam menaiki tangga hakikat takwa sebagaimana Allah SWT berfirman:

يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183).
Wallahu a'lam.

Penulis: Saifullah Hidayat, S.Pd., M.Sc, Dosen Pendidikan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Walisongo Semarang.

Serial artikel Sains Ramadhan merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.

Editor : Moh.Miftahul Arief

Follow Berita iNews Semarang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut