Sedangkan untuk rute kirab budaya, imbuh Agus, akan dilaksanakan pada hari Minggu (24/9/2023), berjalan dimulai dari halaman kantor Kelurahan Ngemplak Simongan di Jalan Simongan menuju Jalan Wr Supratman, lalu Srinindito Raya hingga mencapai panggung utama di Jalan Srinindito Timur RW 03, depan Makam Jati Wayang.
"Dalam kirab nanti akan berjalan kira-kira selama 45 menit dan di panggung utama nanti akan memperebutkan 5 gunungan, yaitu 1 gunungan sayur, 1 gunungan buah, 1 gunungan buku, 1 gunungan kopi dan 1 gunungan Chiki," urainya.
Camat Semarang Barat, Elly Asmara saat dimintai tanggapan, memberikan apresiasi positif dan dukungan terhadap Festival Budaya Bukit Jatiwayang yang digelar warga Kelurahan Ngemplak Simongan tersebut.
"Kami berikan apresiasi dan dari Kelurahan maupun Kecamatan pasti mensupport berupa bantuan anggaran ya. Tapi bantuan anggaran tersebut, memang tidak bisa untuk membackup semua kegiatan. Supaya unsur gotong royong dan pemberdayaan masyarakat berjalan. Seperti yang besok Minggu dilaksanakan RW 03 (Kelurahan Ngemplak Simongan) yang menjadi panitia mengembangkan sendiri," jelasnya.
Selain itu, lanjut Camat Semarang Barat, setiap tahunnya menampilkan kreasi yang berubah agar semakin berkembang, semakin bagus dan berkualitas penampilannya, agar nantinya bisa mewarnai Kota Semarang dan menjadi agenda Pemerintah Kota Semarang.
"Penampilan tiap tahunnya selalu berbeda-beda. Dengan penampilan yang berbeda pastinya akan menunjukkan kreatifitas masyarakat, yang terdapat unsur gotong royong, sehingga warga menjadi kuat tidak mudah dipecah-pecah," harapnya.
Dikatakan pula oleh Camat Elly Asmara, di wilayah kerjanya yang saat ini masih nguri-nguri (melestarikan) budaya selain Kelurahan Ngemplak Simongan dengan Festival Budaya Bukit Jatiwayang, ada juga di Kelurahan Krapyak dengan Grebeg Subali, Kelurahan Gisikdrono dengan Pementasan Wayang dan di Kelurahan Kalibanteng Kidul dengan Budaya Nyadran Suro di Makam Mbah Biyet.
"Dorongan kami atas kegiatan ini menjadi warga yang kuat tidak mudah terpecah belah dari unsur politik dan sebagainya. Karena ini nguri-nguri budaya ya, barang siapa yang senang nguri-nguri sejarah, budaya pasti ya teorinya gak mudah terpecah belah," pungkasnya.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait