Penduduk desa Colo yang mayoritas beragama islam ini adalah masyarakat yang ramah. Mereka memperlakukan tamu sebagai raja, terlebih posisi desa tidak jauh dari salah satu destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat Jawa yaitu makam Sunan Muria.
Desa Colo dan Sunan Muria menyimpan sejarah yang cukup panjang. Bagi masyarakat Colo, Sunan Muria adalah tokoh panutan yang ajaran-ajarannya masih mereka pegang dengan teguh dalam kehidupan sehari-hari.
Sunan Muria yang bernama asli Raden Umar Said merupakan salah satu walisongo yang memiliki peran sangat penting dalam penyebaran agama islam di pulau Jawa, khususnya di Gunung Muria, Jawa Tengah.
Beliau adalah salah satu putra dari Sunan Kalijaga. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Sunan Muria merupakan sosok yang cerdas, membumi dan memiliki kesaktian ilmu kanuragan.
Sifatnya yang membumi menyebabkan beliau memilih memusatkan perhatiannya pada rakyat jelata. Sunan Muria lebih senang bergaul dan membaur bersama rakyat kecil dibandingkan tinggal di pusat kerajaan Demak sehingga metode dakwahnya disebut dengan Topo Ngeli, yang berarti menghanyutkan diri di dalam masyarakat.
Beliau juga menciptakan tembang Sinom dan Kinanti yang dipergunakan sebagai media dakwahnya.
Sunan Muria tinggal di daerah terpencil di salah satu puncak Gunung Muria yaitu desa Colo. Dari nama gunung ini maka muncul gelar Sunan Muria tersebut.
Masyarakat Colo mempercayai apabila Gunung Muria mempunyai sebuah sejarah yang tidak terlepas dari Sunan Muria sendiri. Pada masyarakat Colo ada mitos yang berkembang tentang asal muasal Gunung Muria yang kaya akan sumber daya alam hayati terutama tanaman obat.
Konon ceritanya, pada masa lalu di Desa Colo terdapat dua kelompok yaitu kelompok Islam yang dipimpin oleh Sunan Muria, serta kelompok Sam Poo Kong yang merupakan kumpulan orang Cina.
Kedua kelompok tersebut selalu bertentangan dan bermusuhan satu sama lain.
Editor : Sulhanudin Attar