Penulis melakukan kajian ajaran Ki Ageng Suryo Mentaram sebagai dasar konseling. Dalam kajian tersebut ditemukan nilai-nilai luhur sebagai tujuan konseling yaitu 1) Menciptakan manusia yang mampu melepaskan atribut dunianya disebut ‘manusia tanpa ciri” (manusia tanpo tengger); 2) Mengikis kesombongan manusia sehingga mampu menghilangkan rasa “aku” kramadangsanya.; 3)Memiliki pemahaman bahwa kebahagian dan kesusahan itu datang silih berganti yaitu prinsip “mulur mungkret”. 4) Meningkatkan keyakinan bahwa manusia adalah keinginan yang menyatu dalam hidup, maka manusia akan mencapai bahagia jika mampu menghilangkan rasa egois yang berpadu dengan kesombongan (pambegan) dan keirian (meri); 5) Hanya dengan “nrima ing pandum” atau menerima apa adanya lah manusia akan bisa bahagia; 6) Agar manusia bisa menerima hukum alam dan tidak perlu berusaha mengubah hukum alam tersebut, karena akan sia-sia; 7) Agar individu bisa menerima kenyataan dengan senang hati. Dalam ilmu tasawuf disebut “ridha”.
Dalam nilai budaya Jawa juga diajarkan sikap tepa seliro (toleransi), bisa rumangsa (empati), sepi ing pamrih rame ing gawe (tolong menolong tanpa pamrih), tata krama (sopan santun dalam berbicara dan berperilaku), wani ngalah luhur wekasane (mampu untuk mengalah), manjing ajur-ajer (mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi sekitar). Selain itu dalam berinteraksi masyarakat jawa juga terkenal memiliki unggah-ungguh dan subosito dalam bergaul dengan manusia lain. Bahkan dalam ajaran Ki Ageng Suryo Mentaram orang Jawa harus mampu nerima ing pandum, mampu mulur mungkret (luwes dalam segala hal) dan menghindari tetengger negatif.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait